Ujian itu penting banget lo. Ujian itu akan menguatkan tekad. Coba bayangin hidup tanpa ujian. Semua disediakan bak raja yang selalu dilayani sesuai keinginannya. Pasti anak-anak akan jadi manusia lembek. Itu berlaku juga pada anak sekolah.
Ujian itu sangat berguna untuk memotivasi belajar murid. Mereka akan berlomba-lomba mendapatkan nilai tertinggi. Bahkan, mereka rela ikut les meski berbiaya mahal. Tapi apa lacur. Sekarang nggak ada lagi ujian. Katanya, semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Jadi, buat apa ada ujian? Ambyar..!!! La mau naik pangkat kok nggak disuruh ujian. Sama saja masukin anak ke neraka kebodohan.
Bebasnya Asal Guru
Guru itu profesi sangat terhormat. Sangat tinggi derajatnya karena mencetak kualitas sumber daya manusia. Tinggi-rendahnya kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru. Karena itulah, guru tidak boleh berasal dari sembarang orang. Calon guru harus berasal dari kawah candradimuka guru, yakni Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Tapi coba sekarang tengok asal guru. Ada sarjana hukum jadi guru. Ada sarjana teknik jadi guru. Ada sarjana ilmu murni jadi guru.
Ingat, tugas guru nggak cuma mengajar atau menyampaikan ilmu. Kalau hanya peran itu, google sudah memberikan lebih dari cukup. Guru itu lebih berperan pada pembentukan karakter sebagai pelengkap ilmunya. Makanya, calon guru itu perlu belajar ilmu pedagogik dan ilmu pendidikan. Buah dari semrawutnya ini adalah makin maraknya "murid istimewa" karena tidak dididik oleh pendidik.
Hilangnya Peran Orang Tua
Keberhasilan pendidikan nggak cuma ditentukan oleh sekolah dan guru, tapi juga peran orang tua. Anak di sekolah itu paling cuma jam 07.00 -- 14.00 atau sekitar 7 jam. Sehari ada 24 jam. Artinya, ada 17 jam per hari yang menjadi tanggung jawab orang tua. Ini yang sering dilupakan.
Mestinya orang tua dioptimalkan perannya bila anaknya tak bis abaca. Orang tua diberitahu bahwa anaknya belum lancar membaca. Agar tidak ketinggalan pelajaran, guru menyarankan orang tua agar anaknya diberikan les. Itu ranah orang tua, bukan guru lagi. La sekarang dikit-dikit guru. Ortu sibuk bekerja? Sama, guru juga sibuk ngurus ratusan anak, nggak Cuma ngurus 1-2 anak yang nggak bisa baca tadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H