Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masjid dan Tempat Ibadah sebagai Pusat Perlawanan Corona

27 Maret 2020   18:27 Diperbarui: 27 Maret 2020   18:49 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masjid dan tempat ibadah adalah tempat suci. Di tempat ini, semua orang beribadah karena ingin dekat dengan Tuhannya. Namun, apakah Corona takut tinggal di masjid dan tempat ibadah.

Tentu saja tidak. Virus Corona memang makhluk atau ciptaan Tuhan, tetapi virus itu bergerak sesuai instingnya sebagai hewan mikrobiologi. Begitu ada tempat begitu pula virus itu tinggal.

Karena itulah, masjid dan tempat ibadah perlu dijadikan episentrum atau pusat perlawanan terhadap virus Corona. Bagaimana caranya?

Semua takmir dan pemuka agama bersama-sama mengajak jamaah untuk mengindari kerumunan massa, termasuk beribadah jamaah atau massal. Ibadah jamaah atau massal dilarang sementara waktu agar sesama jamaah bisa saling menjaga. Ingat, ada SATU saja jamaah yang positif Corona bisa menulari jamaah lain tanpa disadari. Sangat teramat bahaya. Karena itu, masjid dan tempat ibadah perlu di-lockdown untuk sementara waktu.

Selanjutnya, masjid dan tempat ibadah terus menyerukan masyarakat agar menjaga kebersihan diri, mengisolasi diri di rumah, dan rajin berdoa. Ada alat pengeras suara yang bisa dimanfaatkan. Terlebih, bagi masyarakat desa dan pinggiran, seruan ulama dan pemuka agama lebih didengar jamaah daripada seruan pemerintah.

Langkah itu perlu ditindaklanjuti dengan langkah berikutnya, yaitu menyediakan atau mengadakan alat bersih diri dan lingkungan. Pengurus masjid dan tempat ibadah lainnya bisa menggunakan dana masjid atau gereja untuk membiayai pembuatan hand sanitizer, penyemprotan desinfektan dan lain-lain. Langkah Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta bisa ditiru.

Pemerintah dan tenaga kesehatan sudah berusaha maksimal melakukan pencegahan Corona. Dimana-mana dibangun rumah sakit darurat guna merawat pasien. Namun, langkah ini tidak akan efektif jika masyarakat tidak mendukung kebijakan tersebut.

Saat ini bukan waktu yang tepat untuk saling berdebat. Bukan tempat untuk menunjukkan siapa yang paling berpengaruh. Bukan pula situasi yang tepat untuk bermain. Saat ini adalah saat yang paling tepat untuk saling mengingatkan, saling menjaga, dan saling memberikan support.

Jangan lupa untuk sering cuci tangan. Semakin banyak benda dipegang semakin sering pula Anda mestinya cuci tangan.

Tetap di rumah. Perhatikan kebersihan rumah dan anak-anak. Rajin-rajin benda yang pernah dipegang dicuci.

Perhatikan tetangga. Jika ada tetangga yang kekurangan, mari kita saling bantu. Saat berkunjung ke tetangga, jangan lupa kenakan masker.

Semua himbauan, anjuran, dan atau perintah bisa dilakukan dari masjid. Pengurus masjid akan menyampaikan informasi ini kepada masyarakat. Bagi mereka yang punya kelebihan, saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk menunjukkan kedermawanan Anda. Dermawan ilmu, dermawan harta, dan dermawan perhatian.

Jadilah pahlawan kemanusiaan karena sebaik-baiknya manusia bukanlah mereka yang punya segunung harta, melainkan mereka yang bisa memberikan manfaat bagi sesamanya. Ayo, kita pasti bisa melawan Corona........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun