Bertempat di Pondok Pesantren Modern (PPM) Assalaam Solo, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia menggelar Workshop Penulisan Buku Pengayaan. Kegiatan itu diadakan di Ruang Rapat PPM Assalam dan dihadiri 15 guru bahasa Indonesia SMP, SMA, dan SMK Yayasan PPM Assalaam.
Menurut narasumber kegiatan, Johan Wahyudi, ada lima keuntungan menulis jadi penulis buku, yakni menguasai materi lebih baik, tambah wibawa dan bersahaja, jadi teladan di lingkungan kerja, memperoleh honor atau royalti, dan kenaikan pangkat. Maksudnya, penulis buku tentu telah menguasai masalah dan materi yang lebih baik hingga bisa menuliskannya ke bentuk buku.
Penulis buku tentu memiliki kewibawaan dan kesahajaan yang lebih baik. Hal ini disebabkan penampilannya di depan siswa atau orang lain tidak lagi tergantung kepada buku. Penulis buku bisa leluasa menerangkan permasalahan itu tanpa terganggu oleh minimnya referensi karena telah mampu menulis buku.
Penulis buku tentu akan diberikan royalti atau bagi hasil atas penerbitan bukunya. Semakin laris bukunya semakin banyak pula uang royalti akan diterimanya. Karena itulah, penulis buku mesti berusaha menyajikan buku sebaik-baiknya, baik isi, tampilan, maupun bahasanya.
Penulis buku tentu akan mengalami perkembangan karier yang sangat baik. Semua profesi tentunya membutuhkan kecakapan menulis. Karena itulah, penulis buku akan mudah mendapatkan promosi jabatan, baik Pegawai Negeri Sipil (PNS), BUMN, maupun swasta.
Johan Wahyudi menjelaskan, buku pengayaan perlu dilirik dan dipilih oleh para penulis karena tiga hal, yakni umur panjang, materi luas, dan syarat ringan. Artinya, buku pengayaan tidak terpengaruh oleh perubahan kurikulum. Selagi isinya masih relevan tentu buku itu masih akan digunakan.
Cakupan materi buku pengayaan juga relatif luas. Semua materi dapat digunakan asalkan tercantum dalam Standar Isi (SI) kurikulum yang berlaku. Ini akan menguntungkan penulis karena tidak menyulitkan penulis saat kehabisan ide.
Syarat buku pengayaan pun relatif mudah, yakni singkat, pendek, dan sederhana. Buku pengayaan memiliki ketebalan maksimal rerata 80-100 halaman. Dalam satu materi panjang pun dapat dipilah atau dibagi menjadi dua buku yang bersambung sehingga sangat menguntungkan penulis.
Materi buku pengayaan dapat berasal dari pengalaman penulis atas kesulitannya mendapatkan referensi. Semisal buku tentang surat, penulis tentu sangat membutuhkan referensi teknik menulis surat yang benar. Jadi, semua materi atau pengalaman pribadi penulis dapat dijadikan alternatif pengembangan.
Johan menambahkan, ada delapan langkah untuk menulis buku pengayaan. Satu, mempelajari standar isi (SI). SI ini sudah ditentukan oleh pemerintah sehingga penulis cukup mengembangkannya menjadi sebuah kerangka buku. Saat ini, SI itu disebut Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD).
Dua, setelah mempelajari SI, langkah berikutnya adalah menemukan kebutuhan. Dari sekian banyak kompetensi yang diajarkan, perhatikan materi yang sulit disampaikan. Itulah peluang menulis buku pengayaan. Kesulitan yang dialami penulis (baca: guru) sesungguhnya adalah kesulitan pembaca juga (baca: guru yang lain).
Tiga, buatlah kerangka buku. Buatlah sebuah kerangka atau draft daftar isi. Kerangka buku ibarat kompas atau pengarah. Dari kerangka buku ini, pembaca dapat membayangkan isi buku secara keseluruhan meskipun belum ditulis. Dalam perkembangannya, kerangka buku atau daftar isi ini boleh berubah.
Empat, mengumpulkan bahan. Bahan dapat berasal dari tulisan orang lain dan juga pengalaman pribadi penulis. Jika menggunakan tulisan orang lain, penulis harus mencantumkan sumbernya di daftar pustaka. Sebaliknya, penulis tidak perlu mencantumkan sumbernya jika hanya menggunakan pengalaman pribadi.
Lima, kembangkan. Satu per satu, bagian dari daftar isi dikembangkan. Tidak perlu tergesa-gesa agar mendapatkan naskah buku yang baik. Teliti dan cermatilah agar tidak terjadi kesalahan konsep, alur, dan juga logika
Enam, diskusikan. Ajak teman terdekat untuk membaca naskah yang telah diselesaikan. Terimalah kritikan atau saran karena pastinya pembaca mengharapkan naskah itu menjadi lebih baik. Hindari alergi kritik, apalagi marah-marah karena dikritik.
Tujuh, tawarkan. Tawarkan naskah yang telah selesai ditulis. Bisa menggunakan iklan di media cetak, menawarkan ke penerbit, bergabung ke grup kepenulisan di sosial media, atau minta bantuan ke penulis senior. Cara-cara ini baik dan etis dan biasa dilakukan oleh para penulis senior sebelum jadi penulis terkenal saat ini. Jadi, jangan malu menawarkan naskah Anda itu kepada pihak lain.
"Awalnya saya jadi wartawan kampus IKIP Yogyakarta 1991 silam, jadi penulis LKS dengan honor ratusan ribu, hingga jadi penulis buku dengan royalti ratusan juta. Alhamdulillah, seratusan buku dan modul telah terbit hingga kini" kisahnya di hadapan peserta. Acara siang itu diakhiri dengan foto bersama bersama semua guru dan wakil Pondok Pesandtren Modern (PPM) Assalaam Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H