Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Jadi Penulis?

10 Desember 2017   14:09 Diperbarui: 11 Desember 2017   07:31 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan ini sering banget disampaikan teman-teman di manapun berada. Bagaimana kita bisa jadi penulis? Apakah butuh keterampilan khusus, modal khusus, alat khusus, bakat khusus dan lain-lain? Jawabnya: TIDAK...

Jadi penulis itu gampang sekali. Coba perhatikan 5 hal berikut ini.

1. Nekadlah
Iya, nekad. Modal utamanya nekad dahulu. Anak kecil bisa naik sepeda karena nekad pinjam sepeda milik teman atau ortunya. Sama halnya dengan menulis yang harus berani nekad untuk menulis. Tak usah takut salah kata, salah tulis, salah ejaan, dan salah paham. Namun, satu hal yang harus diperhatikan adalah jangan sekali-kali plagiasi atau copy paste tulisan orang lain. Sejelek-jeleknya tulisan kita adalah sebaik-baiknya tulisan kita juga.

2. Jadikan hobi
Iya, jadikan menulis sebagai hobi. Ketika kita hobi memancing, kita tak pernah berpikir jauhnya jarak ke spot pemancingan yang kadang ke tengah hutan, sungai, bahkan seberang laut. Hobi akan melahirkan keikhlasan berkorban sebagaimana penulis harus melek sepanjang malam demi menepati deadline karena hobi itu melahirkan kesenangan, kebahagiaan, dan kebanggaan.

3. Terbukalah menerima kritik
Kritik itu tanda cinta dan bukti nyata perhatian. Tidak ada satu pun penulis hebat di dunia ini yang lahir ceprot sebagai penulis hebat. Mereka, para penulis hebat itu, pasti mengalami derita penolakan, ditipu, dibuang, dijelek-jelekin, bahkan mungkin difitnah. Nggak apa-apa karena itu memang harus terjadi demi kedewasaan proses. Bukankah justru pengalaman pahit itu dapat dijadikan inspirasi menulis yang sangat bagus?

4. Bergaullah dengan penulis
Pengin pinter berdagang ya berkumpullah dengan pedagang. Pengin jadi dokter sering-seringlah bertemu dokter untuk menimba pengalaman. Makin sering bertemu penulis makin kaya wawasan dan kolega. Mungkin ikut pelatihan yang dinarasumberi penulis terkenal atau ada acara bedah buku. Saat bertemu penulis idolanya, cobalah tunjukkan karya kepada mereka untuk dinilai.

5. Sering-seringlah baca buku
Coba perhatikan, setiap penulis pasti memiliki kekhasan karyanya. Tak ada satupun penulis serba bisa. Ibarat dokter spesialis yang hanya menekuni SATU jenis keilmuan. Justru karena hanya SATU keilmuan itulah, tarifnya sangat mahal.

Untuk mengetahui kualitas atau jenis tulisan, perhatikanlah pujian orang-orang terhadap karya Anda. Tulisan apa yang dikagumi orang lain, itulah kelebihan Anda. Maka, matangkanlah dengan terus mengasah kemampuan menulis Anda...

Semoga bermanfaat....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun