Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kepala Daerah Dambaan Guru

25 Agustus 2015   19:39 Diperbarui: 25 Agustus 2015   19:39 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Johan Wahyudi

Ketua IGI Soloraya

jwah1972@gmail.com 

 

Akhir tahun ini, bangsa Indonesia akan mengadakan hajat nasional, yaitu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak. Tercatat ada 204 daerah yang akan menggelar Pilkada secara serentak pada 2015. Komisi Pemilihan Umum (KPU)  telah menjadwal pelaksanaan Pilkada 2015, yaitu masa pendaftaran calon kepala daerah 26-28 Juli 2015 dan pelaksanaan Pilkada pada 9 Desember 2015.

Gaung Pilkada langsung menggema. Di banyak tempat dan media, kita mudah menemukan alat peraga atau atribut kampanye calon kepala daerah. Bahkan, kita juga mudah menemukan iklan mereka yang dimuat di media cetak atau ditayangkan media elektronik. Dengan terus memajang atribut kampanye atau memasang iklan itu, para calon kepala daerah berharap agar masyarakat mengenal mereka dan masyarakat memilihnya.

Guru merupakan bagian masyarakat yang sering dijadikan objek kampanye. Strategi itu bukanlah hal baru yang dilakukan para calon kepala daerah. Mereka mengetahui bahwa guru memang memiliki banyak kelebihan dibandingkan profesi lainnya. Ada tiga kelebihan yang dimiliki guru dibandingkan profesi lain, yaitu pengaruh di masyarakat, solidnya solidaritas, dan jumlah yang sangat besar.

Ketiga, tingginya pengaruh di masyarakat. Di banyak tempat, guru sering dijadikan pengurus organisasi social kemasyarakatan dan atau organisasi profesi. Ini berarti bahwa guru tentu memiliki tingkat keterpengaruhan yang sangat tinggi kepada lingkungannya. Potensi ini jelas memberikan keuntungan untuk mendulang suara jika kaum guru dapat dirangkul.

Kedua, solidnya solidaritas. Dibandingkan anggota profesi lain, guru mungkin merupakan profesi yang memiliki keterikatan emosi dan profesi yang paling kuat. Di mana saja dan kapan saja, guru mudah disatukan karena mereka memiliki kesamaan nasib. Kesamaan nasib ini melahirkan solidaritas yang sangat kuat sehingga mereka tak segan-segan memberikan dukungan kepada anggota yang mendapat masalah. Dukungan ini pun diberikan mereka kepada rekan guru yang ingin maju menjadi anggota DPRD, DPR, DPD, atau bahkan kepala daerah.

Ketiga, jumlahnya yang sangat banyak. Jumlah guru di Indonesia tercatat sekitar 4,7 juta orang. Jumlah itu akan bertambah jika guru honorer atau wiyata bakti dihitung. Di setiap daerah, jumlah guru pasti juga paling banyak dibandingkan jumlah pegawai di satuan kerja lain. Jumlah itu akan kian bertambah karena guru tentu memiliki anggota keluarga yang sudah memiliki hak suara.

Mudahkan Urusan Guru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun