Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Untuk Apa Kak Seto Mengunjungi Polres Jaksel?

4 Oktober 2012   10:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1349347901164850887

[caption id="attachment_216334" align="aligncenter" width="605" caption="Saya menilai bahwa kunjungan Seto Mulyadi dengan menengok pelaku pembunuhan sebagai tindakan tidak tepat."][/caption]

Selasa (2 Oktober 2012), Ketua Dewan Pembina Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, menemui tersangka tawuran pelajar di Rutan Polres Jakarta Selatan. Konon Seto Mulyadi bertujuan untuk menggali informasi tentang penyebab tawuran para pelajar tersebut. Didampingi Sekjen KPAI, M. Ikhsan, Seto Mulyadi berusaha mencari pemecahan masalah tawuran yang ada di Jakarta. Lalu, benarkah tindakan Seto Mulyadi mengunjungi pelaku pembunuhan itu?

Kemarin dan hari ini, saya sempat bercakap-cakap tentang kunjungan Seto Mulyadi ini dengan beberapa kawan pendidik. Banyak informasi didapat dari diskusi ringan dengan mereka. Satu hal yang menjadi simpulan kami adalah menyayangkan tindakan Seto Mulyadi dengan mengunjungi pelaku pembunuhan itu. Mengapa?

Seto Mulyadi tidak memertimbangkan aspek emotif pada diri korban. Mengapa Seto Mulyadi justru mengunjungi pelaku pembunuhan daripada mengunjungi korban pembunuhan? Seharusnya Seto Mulyadi menunjukan sikap dan sifat empati serta empati atas korban dan keluarganya? Namun, justru Seto Mulyadi menunjukkan sikap simpati kepada pelaku pembunuhan? Bukankah kunjungan Seto Mulyadi ini dapat memengaruhi penyidikan polisi meskipun pasti ditampik dugaan ini?

Seharusnya Seto Mulyadi mendahulukan perasaan keluarga korban sebelum mengunjungi pelaku pembunuhan. Jelas-jelas ia telah membunuh korban, tetapi mengapa justru Seto Mulyadi menunjukkan sikap simpatinya? Menurutku, kunjungan Seto Mulyadi ini dapat dikategorikan intervensi atas penyelesaikan hukum terhadap pelaku. Mengapa?

Hukum itu tidak memandang usia, derajat sosial, dan kepangkatan. Semua orang memiliki posisi yang sama di depan hukum. Itu berarti bahwa anak yang telah berbuat jahat pun perlu dihukum berdasarkan ketentuan yang berlaku. Janganlah kita mudah membela pelaku kejahatan meskipun terkategori kecil. Justru pembelaan atas tindakan kejahatan ini dapat memotivasi pelaku untuk melakukan tindakan kejahatan yang lebih besar.

Jika sudah membiasakan diri dengan gemar membela pelaku kejahatan, kita justru akan berhadapan dengan situasi yang lebih rumit. Justru mestinya kita memberikan hukuman kepada pelaku kejahatan meskipun dikategorikan hukuman ringan. Namun, sekali lagi, jangan pernah kita membela pelaku kejahatan sekecil apapun. Letakkan kejahatan kepada posisi jahat dan letakkan kebaikan pada posisi baik. Titik!

Berpuluh-puluh kali saya pernah menuliskan kondisi dunia pendidikan kita. Dunia pendidikan kita telah dijadikan sebagai lahan untuk beternak daripada pembelajaran bermakna. Pemerintah, guru, dan masyarakat sudah menunjukkan sikap apatisnya dengan kondisi pendidikan kita yang kian parah. Pemerintah begitu cepat menghilangan Pendidikan Moral (Pancasila) yang nyata-nyata telah mampu menciptakan situasi kondusif. Guru terlalu disibukkan dengan beragam urusan administratif. Dan masyarakat (baca: orang tua) tak memedulikan lagi perkembangan anaknya. Mereka malah asyik bekerja di kantor dan pendidikan dibebankan 100% kepada sekolah.

Ketika terjadi tawuran dan memakan korban jiwa, seakan-akan mereka terkejut. Lalu, mereka pun saling tuding dan mencari kambing hitam. Tak ada satu pun pihak yang berani mengakui kesalahannya secara jantan. Pak Mendikbud menyatakan bahwa sistem pendidikan tidak salah. Guru mengatakan bahwa mereka sudah mendidik para murid secara maksimal. Dan orang tua pun merasa sudah membayar mahal biaya pendidikan. Maka, jawaban pun hilang ditelan angin malam. Kabuuurr....!!!!

Memertimbangkan aspek di atas, semestinya Seto Mulyadi membaca situasi, menelaahnya, dan bahkan menelitinya agar dapat diketahui sebab dan solusinya. Mestinya Seto Mulyadi tidak mudah membela pelaku kejahatan meskipun pelaku masih terbilang anak-anak. Mestinya Seto Mulyadi mendorong pihak kepolisian agar bekerja profesional seraya menegakkan undang-undang kriminal dan perlindungan anak. Jangan malah Seto mengunjungi pelaku pembunuhan. Menurutku sih, itu jelas kesalahan besar!

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun