Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hati-hati Akun Kloningan

1 September 2012   18:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seiring beragam tujuannya, banyak media on line menawarkan beragam fasilitas. Kita (baca:netter alias blogger alias user) ditawari kesempatan untuk menggunakannya secara bebas. Tak ada batasan untuk menjadi anggota dengan menjadi bagiannya. Maka, kita menyebutnyaakun atau account. Dan secara tiba-tiba, media sosial itu kebanjiran anggota baru pada momen-momen tertentu. Luar biasa...!!!

Beberapa hari lalu, saya sempat membaca tulisan seorang sahabat yang memertanyakan kebebasan berekspresi di dunia maya. Sahabat itu menyoroti penggunaan akun untuk tujuan-tujuan tertentu. Biasanya akun itu bertujuan untuk memublikasikan tulisan-tulisan persuasif, sekaligus provokatif. Entah pemilik akun itu memang berkeinginan untuk menyerang lawan, yang jelas, pemilik akun itu memang suka berdebat berkepanjangan seraya mengebiri etika berinteraksi sosial. Berkenaan dengan itu, perkenankanlah saya memberikan sekadar saran.

Jagalah Kesopanan

Beberapa hari lalu, saya melaporkan tulisan yang ditulis sahabatku. Kebetulan saya cukup akrab dengannya. Saya pun sempat menuliskan komentar seraya menanggapi isinya yang cenderung terlalu mentah isinya. Tulisan itu hanya mendasarkan tulisan dari blog lain yang tidak akuntabel dan kredibel. Namun, ternyata tulisan itu memunculkan perdebatan yang luar biasa banyaknya. Dan di sanalah, beragam komentar negatif dan provokatif bermunculan. Menggunakan ungkapan bijak, jangan salahkan penjahat melakukan tindak kejahatan jika kesempatan memang diberikan. Karena tulisan itu memang berkecenderungan provokasi, saya pun mengusulkannya agar tulisan itu dihapus. Setidak-tidaknya, komentatornya ditegur admin.

Tampilkan Identitas Diri

Susah memang kita berinteraksi di dunia maya. Maksud hati ingin menambah pertemanan untuk menjalin persahabatan. Namun, bukannya teman yang didapatkan melainkan lawan. Semua itu disebabkan ketidakmunculan identitas diri yang jelas. Kebebasan berekspresi di dunia maya disalahgunakan seraya menyembunyikan identitas diri. Bahkan, dahulu saya sempat mendapat kabar bahwa terjadi dialog satu orang yang memiliki lebih dari satu akun. Satu orang pemilik akun itu berdialog dengan dirinya agar terkesan dia memiliki banyak penggemar.

Percaya Dirilah

Mengkloning akun memang dibolehkan jika memang ingin menunjukkan eksistensi diri. Tidak ada larangan yang ditentukan oleh pemilik. Namun, menurutku, jumlah akun justru menunjukkan rasa ketidakpercayaan diri. Mungkin akun pertamanya sering dikenal sebagai akun yang tak baik, lalu ia membuat akun baru agar dirinya dapat melakukan restorasi kepercayaan diri. Mungkin langkah itu akan berhasil. Namun, menurutku, langkah itu justru merupakan bumerang alias langkah mundur. Mengapa kendaraan yang rusak tidak diperbaiki saja jika memang masih bisa diperbaiki? Bukankah kendaraan baru justru memerlukan modal besar? Belum tentu juga kendaraan baru itu dapat digunakan untuk mengantarkan pemiliknya menuju tujuannya.

Akun kloningan memang dibolehkan. Namun, haruskah kita membuat akun kloningan untuk sekadar memerbaiki diri? Apakah kita memang perlu menipu diri dengan beragam baju yang kita kenakan? Bukankah lebih baik kita mengenakan baju lama agar kita mudah dikenali? Percaya diri justru mudah dibangun dengan baju lama agar kita dapat lebih berhati-hati dalam bersikap. Di kompasiana, baju itu mestinya ditampakkan melalui status ter-verifikasi. Sudahkah Anda melakukan verifikasi akun?

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun