Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berhati-Hatilah dengan Wanita Ini

6 April 2012   09:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:57 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_180387" align="aligncenter" width="640" caption="Semoga Ibu cepat sehat kembali. Amin"][/caption]

Banyak keistimewaan dimiliki wanita. Memang wanita adalah makhluk yang teramat istimewa. Wanita sering menjadi lambang kecantikan, kejayaan, dan juga keindahan. Cobalah kita tengok iklan-iklan di televisi. Nyaris semua iklan melibatkan wanita. Cobalah kita tengok sejarah keberhasilan tokoh-tokoh dunia. Nyaris semua tokoh itu berhasil karena didukung oleh pasangannya. Dan tengoklah semua lukisan. Nyaris semua lukisan terlihat indah karena menggunakan wanita sebagai objeknya. Sebenarnya, keistimewaan wanita tidak hanya terdiri atas itu. Kenikmatan pun sering diidentikkan dengan wanita. Konon surga menyediakan wanita-wanita yang selalu perawan. Wanita-wanita itu akan melayani pria-pria saleh yang masuk surga karena keimanan dan amal kebaikannya. Maka, wanita menjadi ikon atau simbol untuk menarik simpati agar semua pria berbuat baik. Dan perbuatan baik itu pun semestinya dilakukan pula kepada wanita. Terlebih, perbuatan baik anak kepada ibunya. Jelas itu menjadi kunci amalan baik baginya. Siang ini, saya dibuat kaget bukan kepalang. Usai menunaikan sholat Jumat, saya mengajak anak-anakku (Zuhdi dan Ilham) untuk beristirahat. Memang tadi saya mengajak kedua anakku ikut menunaikan sholat Jumat ke masjid. Alhamdulillah, anak-anakku telah menunjukkan kedisiplinan sejak dini. Tak perlu dibentak atau disuruh, mereka begitu mudah diajak melakukan beberapa kebiasaan baik, termasuk istirahat siang. Langsung saja Zuhdi dan Ilham merebahkan badannya di ranjang tingkat. Zuhdi tidur di bagian bawah dan Ilham tidur di bagian atas. Saya sekadar menemani tidur sambil ngeloni Zuhdi di bagian bawah. Sekitar jam 14.30 tadi, saya dibangunkan oleh istriku. Ternyata saya ikut terlelap tidur. Mungkin saya kecapekan setelah pagi hingga siang saya membersihkan rumput di tanah yang saat ini sedang terbangun sebuah ruko. Memang saya sedang membangun ruko sebagai hasil dari royalti bukuku. Bergegas saya bangun dan menemui istriku. "Ada apa, Ma?" tanyaku kemudian. Ternyata, saya mendapat kabar bahwa ibuku terjatuh lagi. Dua hari lalu, ibuku sakit. Sepulang dari menunaikan sholat maghrib ke masjid, mata ibuku tiba-tiba bengkak. Hari sedang hujan lebat. Kebetulan keponakanku mengabarkan kondisi itu langsung ke rumah. Maka, malam itu juga, saya langsung membawa ibuku ke dokter. Alhamdulillah, obatnya cocok. Mata ibuku mulai membaik dan bengkaknya tidak terlihat lagi. Siang ini, ibuku terpeleset di kebun. Waktu itu, ibu ingin berbelanja ke warung di sebelah rumahnya. Mungkin jalan licin karena tersiram hujan, sandal ibuku tersangkut akar sehingga ibuku terjatuh. Lagi-lagi, saya dikabari oleh tetangga. Dan langsung pula saya mengunjungi ibuku. Tak kuasa saya menahan air mata jika bertemu ibuku. Saya ingin sekali membahagiakan beliau dengan mengajaknya tinggal bersamaku. Namun, ibuku masih menolaknya. Ibuku beralasan karena sudah memiliki rumah. Dan ibuku tidak ingin terkesan menyusahkan anaknya. Maka, berkali-kali saya mengajak ibuku untuk bersama denganku tetapi berkali-kali pula ibuku menolak ajakanku. Kini, saya harus pandai-pandai berbagi waktu untuk memerhatikan kondisi ibuku. Saya selalu teringat dengan sebuah nasihat: Jika ingin anakmu berbakti kepadamu, berbaktilah kamu kepada orang tuamu. Kelak anakmu pasti akan mejadi anak yang senang berbuat baik kepadamu. Sesungguhnya semua amalan akan dikembalikan Allah kepada pelakunya. Sungguh nasihat itu selalu terngiang dan selalu menjadi motivasi hebat agar saya selalu dapat berbuat baik kepadanya. Ketika menjenguknya, saya melihat kondisi ibuku cukup lemah. Mungkin ibuku belum makan siang sehingga badannya terlihat lemah. Ketika saya menanyainya, ternyata dugaanku benar. Maka, saya berusaha mencarikan bubur tepung yang lembut. Segera saya menyuapi ibuku dengan bubur sebanyak-banyaknya. Usai makan bubur, saya minta ibuku agar obatnya juga segera diminum. Kini, ibuku mulai tampak segar meskipun masih terlihat lemah. Dan saya memintanya agar beristirahat. Entahlah, saya adalah anak kelima dari lima bersaudara. Rumahku berjarak sekitar 500 meter dari rumah ibuku. Sebenarnya seorang kakakku tinggal satu pekarangan dengan ibuku. Namun, saya sering dibuat terheran-heran. Setiap terjadi peristiwa, ibuku selalu memintaku agar merawatnya. Sebagai anaknya, sungguh itu adalah kebahagiaan yang tak ternilai karena dipercaya untuk merawat orang tuanya. Karena kondisi ibuku sudah membaik, saya pun berpamitan. Saya juga belum makan siang. Setelah ibuku mulai tertidur, saya pun meninggalkan ibuku. Langsung saja saya pergi ke warung makan untuk menikmati makan siang. Usai itu, saya berbagi kisah ini kepada para sahabat. Muliakanlah orang tuamu, terkhusus ibunda, karena beliau teramat besar jasanya bagi kesuksesan Anda. Teriring salam, Johan Wahyudi Tulisan seide dalam versi lain: Wahai Kompasianer, Takutlah Anda kepada Orang Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun