Untuk mendukung kesehatan, banyak cara digunakan: berolahraga, beristirahat cukup, berekreasi, atau menyantap makanan bergizi. Olahraga dapat dilakukan setiap saat meskipun sekadar berjalan santai. Istirahat dapat dilakukan pada waktu senggang. Rekreasi dapat dilaksanakan kala keuangan mencukupi. Dan menyantap makanan bergizi karena kesehatan itu teramat berharga.
Berbincang masalah makanan bergizi, kita sering beranggapan bahwa makanan itu harus berharga mahal dan dibuat dari daging. Kita pun begitu mudah mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk sekadar membeli makanan. Dan kita pun gemar menyantap daging tanpa memertimbangkan keseimbangan kebutuhan tubuh. Karena kita gemar menyantap makanan tanpa memertimbangkan aspek keseimbangan, penyakit pun begitu mudah hinggap dan menggerogoti kesehatan tubuh.
Berkenaan dengan kebiasaan buruk itu, saya diingatkan oleh kenangan masa kecil. Karena saya lahir dan tinggal di tengah kampong, orang tuaku sering mengenalkan dengan beragam makanan khas kampong. Banyak warga kampungku menyantap makanan ini. Mungkin makanan ini dianggap kampungan, tetapi sesungguhnya makanan ini mengandung nilai gizi yang teramat tinggi. Sebagai bukti, jarang dan teramat jarang warga kampungku mengidap penyakit berbahaya. Lalu, apa sajakah jenis makanan kampung yang bergizi tinggi itu?
[caption id="attachment_168446" align="alignleft" width="301" caption="Meskipun hanya dibuat dari singkong, thiwul mengandung gizi yang cukup tinggi."][/caption]
Makanan ini dibuat dari singkong atau ketela atau ubi. Singkong dikuliti, lalu dibelah, dan selanjutnya dijemur hingga mongering. Jika sudah mongering, singkong kering itu disebut gaplek. Selanjutnya, gaplek digiling sehingga menjadi tepung tapioca. Dari tepung tapioca inilah, warga membuat thiwul. Tepung tapioca diberi air secukupnya, lalu ditambah garam dan kelapa yang diparut. Selanjutnya, adonan itu dikukus hingga matang. Adonan dikatakan matang jika warnanya sudah menguning. Dan itu berarti bahwa thiwul siap disantap. Akan terasa lebih nikmat jika ditambah sambal tomat, sayur lodeh, ikan asin, atau dimakan begitu saja dengan ditambahi kelapa yang diparut. Lalu, dimanakah keistimewaan thiwul?
Nilai keistimewaan dan gizi thiwul terletak pada rasa dan kandungan mineralnya. Selain harganya yang relatif murah, thiwul biasanya terasa manis-gurih karena bercampur dengan gula jawa dan kelapa yang diparut. Thiwul mengandung sedikit kalori, tetapi memiliki kandungan gizi yang teramat tinggi, di antaranya lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, C, dan dipercaya dapat digunakan untuk mencegah penyakit maag.
[caption id="attachment_168447" align="alignleft" width="300" caption="Meskipun berwarna kehitaman, gatot terasa sangat lezat."]
Mungkin sebutan ini terasa lucu, tetapi begitulah orang kampungku menyebutnya. Gatot bukanlah nama orang, melainkan sebuah nama makanan tradisional khas kampong. Apa itu gatot? Gatot adalah makanan yang dibuat dari singkong pula. Mula-mulanya singkong dikuliti hingga bersih. Selanjutnya, singkong itu dijemur tetapi tidak boleh terlalu kering. Bahkan, singkong itu kadang dibiarkan berjamur sehingga warnanya kehitam-hitaman. Singkong yang kehitaman itu menjadi petanda bahwa singkong siap dibuat menjadi gatot.
Singkong yang berjamur itu dibersihkan. Selanjutnya, singkong kehitaman itu dicampuri dengan kelapa yang diparut ditambah gula jawa. Setelah singkong kehitaman sudah dibersihkan, dicampur gula dan kelapa yang diparut, selanjutnya adonan itu dikukus dan diasap hingga matang. Gatot disebut matang jika warnanya sudah kehitaman bercampur kemerahan. Gatot akan terasa nikmat jika disantap dengan dibungkus atau dipincuk dengan daun pisang. Dengan ditaburi gula pasir yang dilembutkan dan kelapa yang diparut, gatot akan terasa sangat lezat.
Gatot mengandung gizi relatif sama dengan thiwul di atas karena berasal dari bahan baku yang sama. Namun, gatot memiliki banyak kelebihan, yaitu kandungan asam amino atau protein dalam gatot lebih besar daripada pada singkong, karena keberadaan jamur yang memproduksi asam amino dari bahan pati singkong. Nilai gizi gaplek sendiri sebagai sumber karbohidrat lebih tinggi dibandingkan beras. Setiap 100 gr mengandung 35,3 gram. Namun, kandungan zat lain yang terdapat pada singkong (vitamin dan mineral) relatif lebih kecil daripada beras, terutama setelah pengolahan. Meskipun begitu, singkong dan olahannya memiliki kandungan serat yang lebih tinggi daripada beras.
[caption id="attachment_168449" align="alignleft" width="300" caption="Nasi jagung begitu menggugah selera."]
Nasi Jagung
Nasi jagung telah lama dikenal oleh masyarakat namun karena proses preparasi dari bentuk jagung pipil hingga nasi yang lama, meliputi proses penumbukan berulang serta penjemuran, maka penerimaannya sebagai bahan pangan pokok lebih rendah daripada nasi biasa. Oleh karena itu, pengolahan jagung menjadi beras jagung diperlukan untuk mempersingkat waktu preparasi jagung menjadi nasi jagung. Beras jagung menurut Richana dan Suarni (2007) merupakan hasil proses pemberasan yang meliputi sortasi, penyosohan, hulling dan polishing dengan bahan baku jagung kering pipil. Lalu, apa sajakah kandungan gizi yang dimiliki nasi jagung?
Jagung mengandung kandungan gizi jagung yang lebih komplet daripada beras. Selain sebagai sumber utama karbohidrat, juga mengandung zat gizi lain seperti: Energi (150,00kal), Protein (1,600g), Lemak (0,60g), Karbohidrat (11,40g), Kalsium (2,00mg), Fosfor (47,00mg), Serat (0,40g), Besi (0,30mg), Vit A (30,00 RE), Vit B1 (0.07mg), Vit B2 (0,04mg), Vit C (3,00mg), Niacin (60mg), dengan kandungan karbohidrat 74,26 g per 100g porsi edible menghasilkan total energi 365 Kcal (USDA, 2008) yang sangat berpotensi sebagai alternatif makanan pokok. Nasi jagung terasa sama dengan nasi beras karena dipengaruhi oleh kandungan amilosa. Makin rendah kandungan amilosa, rasa nasi jagung menjadi semakin pulen. Pati jagung normal mengandung 74-76% amilopektin dan 24-26% amilosa. Dengan kadar amilosa tersebut diharapkan nasi yang terbentuk dari beras jagung masih bersifat pulen dan tidak keras saat dingin karena kadar amilosa yang tidak terlalu tinggi.
---
Seminggu lalu, saya berkunjung ke rumah seorang temanku, sebut saja Husen, di Solo Baru, Kota Solo. Saya berteman dengannya sejak SMA. Temanku itu terkenal sebagai pengusaha komputer. Atas usahanya yang ulet, usaha temanku dapat maju pesat. Hingga kini, temanku sudah memunyai dua outlet komputer. Keduanya sangat dikenal masyarakat luas di kota Solo. Setiba di rumahnya, saya disambut temanku dengan sangat ramah. Saya dipersilakan masuk dan duduk. Kami pun berbincang-bincang cukup lama.
Tiba-tiba, terdengar teriakan penjual sayur. Temanku pun memanggil istrinya bahwa pedagang sayur sudah datang. Tak lama kemudian, istri temanku berbelanja di teras rumah. Saya pun melanjutkan obrolan dengan temanku. Usai berbelanja, istri temanku masuk ke rumah. Sambil berjalan menuju ke dapur, istri temanku meletakkan beberapa bungkus makanan di meja tamu. Langsung saja temanku memersilakanku untuk menyantap makanan yang terbungkus daun pisang itu. Begitu dibuka, seporsi gatot nan harum menggoda selera. Wouw, luar biasa lezatnya. Jika Anda tidak memercayainya, silakan dicoba!
Teriring salam,
Sumber data dan gambar:
1.http://www.jogjatrip.com/id/555/tiwul
2.http://chicandhealthy.blogspot.com/2009/03/gatot-makanan-mengerikan.html
3.http://bisnisukm.com/nasi-jagung-alternatif-bisnis-kuliner-makanan-tradisional.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H