Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Money

Beginikah Kualitas Layanan Kantor Pos Kita?

16 Januari 2012   09:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbisnis barang dan jasa teramat berbeda. Berbisnis barang mudah dilakukan karena transaksi terjadi dengan berhadapan para pembeli. Penjual mudah saja menawarkan barang agar menarik calon pembeli. Begitu disepakati harganya, transaksi pun dilakukan. Untung dan rugi akan dipengaruhi oleh kualitas barang tetapi penjual tidak mengenal rugi.

Namun, berbisnis jasa teramat berbeda. Berbisnis jasa sangat dipengaruhi oleh kemampuan penjual untuk merayu calon pengguna. Ini dapat dimaklumi karena berbisnis jasa tidak terlihat secara kasat mata. Penjual jasa tidak menawarkan produk barang tetapi menawarkan jenis layanan nonbarang. Calon pengguna akan tertarik manakala penjual jasa berani memberikan jaminan kualitas layanan nan prima. Teramat disayangkan, siang tadi saya dikecewakan oleh sebuah perusahaan jasa yang bernama kantor pos.

Siang tadi (Senin, 16 Januari 2012), saya ingin mengirimkan data penting ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jakarta. Data itu harus tiba di tujuan secepat-cepatnya. Oleh karena itu, saya menggunakan jasa layanan pos Indonesia. Namun, sungguh saya teramat kecewa dengan layanan kantor pos di tempatku. Berikut ini adalah jenis-jenis ketidakpuasanku terhadap layanan petugas:

  1. Begitu tiba di kantor pos, saya langsung melengkapi identitas tujuan surat. Karena masih berbentuk lembaran, saya bermaksud memotong kertas alamat tujuan, pengirim, dan isi. Oleh karena itu, saya ingin meminjam gunting atau cutter kepada petugas. Namun, dua petugas enggan memberikannya seraya pergi menuju luar kantor. Entah, sepertinya dipanggil temannya. Saya geram dan teramat dongkol meskipun akhirnya saya dipinjami.
  2. Selanjutnya, saya segera menyerahkan berkasku. Petugas pun menerimanya dan berkasku langsung ditimbang petugas itu. Saya ingin menggunakan produk kantor pos jenis jasa kilat khusus. Tak lama kemudian, petugas itu berkata, “Tiga belas ribu, Pak!” Saya pun langsung memberikan uang Rp 15.000 dan dikembalikan dua ribu. Lucunya, petugas itu tidak memberikan kuitansi pembayaran kepadaku. Ketika saya menanyakan kuitansinya, petugas itu menjawab, “Nanti, Pak. Tidak bisa nge-print. Biar saya titipkan Pak Muh (kakakku).” Terlihat printer aktif mencetak dokumen lain.
  3. Sebelum meninggalkan kantor pos, saya pun bertanya kepada petugas, “Pak, kira-kira kapan berkasnya tiba di Jakarta? Dokumen itu teramat penting dan harus segera diterima Jakarta.” Petugas pun menjawab, “Ya kira-kira Rabu atau Kamis.” Saya heran dengan layanan pos. Hari ini Senin dan saya menyerahkan berkas sekitar jam 12.00. Setahuku, kilat khusus dapat tiba di tujuan dalam sehari jika berada di perkotaan. Namun, mengapa berkas itu baru tiba di tujuan setelah 3-4 hari? Lama sekali!

Sebenarnya saya dapat menggunakan jasa kurir yang lain. Namun, saya memilih kantor pos karena searah dengan sekolah anakku. Kebetulan siang tadi saya diminta istriku untuk menjemput anakku ke sekolahnya. Istriku sedang mengikuti rapat dharma wanita ke kecamatan. Tak tahunya saya mendapatkan pengalaman berkesan yang buruk atas kualitas layanan kantor pos. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi koreksi dan introspeksi pihak manajemen PT Pos Indonesia.

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Sumber gambar: Sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun