Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Waduh, Pacaran Kok di Pinggir Jalan

9 Desember 2011   23:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:36 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar-benar memalukan. Remaja atau anak sekolah sekarang benar-benar nyaris tak punya malu. Mereka sudah berani berpacaran secara terang-terangan. Tidak hanya bersentuh atau bergandeng tangan, tetapi mereka berani tidur-tiduran dan juga berpelukan di pinggir jalan. Tak lagi mereka mempunyai rasa risih, malu, atau merasa jijik. Justru para pejalan merasakan jijik karena melihat pemandangan yang vulgar itu.

Kemarin, saya bertugas mengajar ke kampus. Dari rumah, saya berangkat siang. Saya mampir dahulu ke PKU Muhammadiyah Solo untuk menengok suami Mbak Niken. Ketika berada dalam perjalanan itulah, saya melihat sepasang anak remaja (cewek SMP dan cowok SMA) tidur-tiduran di emperan toko. Tak terlintas sama sekali rasa malu perilaku sepasang remaja itu dilihat para pejalan kaki. Mereka terlihat asyik bercanda sambil tidur-tiduran. Benar-benar kejadian itu membuatku miris. Malu benar saya melihat kelakuan anak remaja itu.

Belum lama, saya juga pernah melihat sepasang anak SMA yang berpacaran di pinggir jalan. Mereka terlihat berpelukan mesra banget di pinggir jalan di tengah sawah. Keduanya terlihat bak bintang sinetron yang memeragakan sebuah action. Lalu lalang banyak orang sama sekali tak digubrisnya. Keduanya justru berasyik masyuk sambil terus berpelukan meskipun banyak orang menikmati "pemandangan" itu.

Entahlah, mengapa moral remaja sekarang begitu mudahnya tererosi? Mengapa para remaja itu tidak lagi memerhatikan kesopanan? Mengapa mereka benani terang-terangan berpacaran meskipun dilihat anak-anak kecil yang lalu lalang? Kemanakah orang tuanya sehingga membiarkan anak-anaknya berperilaku demikian? Bagaimanakah kita menyadarkan mereka bahwa kelakuan itu termasuk tindakan asusila?

Sebagai guru, saya sering menasihati anak didikku agar berperilaku santun. Saya sering mewanti-wanti mereka agar menjaga pergaulan. Hendaknya mereka menyelamatkan masa depannya dan tidak mudah tergoda oleh beragam ajakan buruk. Masa depan mereka harus diselamatkan agar tidak terjadi married by accident yang menggejala.

Menurutku, pemerintah perlu dan harus turun tangan. Tayangan televisi sering menyuguhkan pemandangan yang memancing anak remaja untuk menirunya. Para remaja itu belum memahami bahwa sinetron adalah film alias kejadian fiksi. Tentunya tidak masuk akal jika orang yang tidak bekerja justru dapat hidup enak. Tak masuk akal pula anak sekolah berpacaran di kelas. Tak masuk akal pula murid berpacaran dengan guru. Dan tak masuk akal pula murid berpakaian dan berperilaku sebebas dalam tayangan film atau sinetron itu.

Saya teramat menyayangkan acara-acara televisi yang mengumbar syahwat alias seks. Saya sering melihat tayangan-tayangan yang mengeksploitasi seks. Pergaulan yang bebas dan sebebas-bebasnya tanpa mengindahkan norma, baik norma agama, social, maupun etika. Tentunya pemerintah perlu bertindak tegas dengan membatasi, bahkan melarang, film atau sinetron semacam itu terlihat di televisi. Mari kita selamatkan generasi bangsa agar tidak terjebak kepada pemikiran sesat karena kenikmatan sesaat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun