Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perjuangan Belum Usai

4 Juni 2011   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:53 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_114141" align="aligncenter" width="640" caption="Anak-anakku, perjuangan belum selesai!"][/caption]

Puas! Begitulah kita merasakan jika sesuatu teraih seperti harapan. Bertubi jalan berliku nan terjal lagi berduri, itu tidak menjadi masalah bagi mereka yang berkeinginan untuk sukses. Kita harus bersepaham bahwa ujian akan selalu datang dan menghampiri kita seiring dengan semakin meningginya keinginan untuk menjadi lebih baik. Begitulah kisahku sore ini.

Hari ini (Sabtu, 4 Juni 2011), aku merasakan kegembiraan yang luar biasa. Sebuah rasa yang tak mampu terucapkan melalui kata. Semua ungkapan kebahagiaan tak terperikan. Sebuah rasa yang tak ternilai dengan kehartaan. Apakah itu? Perjuangan kejujuran. Ya, perjuangan kejujuran.

Sebelum perhelatan Ujian Nasional (UN) SMA/ SMK dan SMP/MTs 2011 digelar, aku mendapat undangan beberapa sekolah untuk mengisi kegiatan motivasi. Tercatat, ada 2 SMA dan 3 SMP yang pernah mengundangku. Pada kegiatan itu, aku memberikan materi motivasi kepada para peserta didik di masing-masing sekolahnya.

Pada lima sekolah tersebut, aku memberikan materi motivasi yang tak jauh berbeda. Satu kesamaan yang selalu kudengung-dengungkan adalah kejujuran. Buat apa lulus kalau cara meraih kelulusan itu tanpa disertai kejujuran. Keberhasilan akan terasa nikmat jika diperoleh dengan cara elegan, santun, dan jujur. Dan sikap serta difat itu perlu ditanamkan kepada anak didik sejak dini. Dan ternyata, semua berhasil! Kepada anak didik, aku selalu mengajukan sebuah pertanyaan, “Apakah Anda siap gagal?”

Mengapa aku selalu mengajukan pertanyaan itu kepada mereka? Karena diri selalu bersiap menerima keberhasilan. Sukses itu enak. Karena itu, siap dan tidak siap, sukses akan melahirkan rasa nikmat. Tentu rasa itu teramat berbeda dengan rasa gagal. Ya, gagal! Tidak banyak orang yang siap menerima kegagalan. Selalu dan selalu orang itu menyalahkan pihak lain sebagai biang kegagalan. Teramat jarang, bahkan tidak pernah, ada orang yang menyalahkan diri sebagai penyebab kegagalan.

Maka, sebuah kata gagal selalu menghantui setiap kegiatan. Selalu dan selalu kusampaikan kepada peserta, janganlah pernah ada satu kata itu selama hidup. Berusahalah secara bersungguh-sungguh agar gagal tidak menjadi bagian hidupmu. Mengapa? Karena gagal itu teramat sangat menyakitkan. Gagal dalam segala hal itu teramat sangat memilukan. Sebuah pengalaman pahit itu tidak akan terhapus sepanjang hayat. Jadi, hindari dan jauhi kata gagal itu selama-lamanya.

Tentu teramat sulit menghindari kegagalan. Namun, itu tidak berarti bahwa kita tidak mampu menaklukkan kegagalan. Banyak pendahulu dapat dijadikan contoh, bagaimanakah mereka berjuang? Mengapa mereka gagal dan mengapa mereka berhasil? Dan cara terbijak itu adalah mengambil pelajaran daripadanya!

Alhamdulilah, lima sekolah yang pernah mengundangku berhasil 100% meluluskan anak-didiknya. Sebuah kabar yang teramat baik nan menggembirakan diri meskipun aku tidak menjadi gurunya dalam keseharian. Cukup kabar itu yang kutunggu. Dan hari ini, kabar-kabar itu bermunculan melalui SMS. Sungguh kebahagiaan yang teramat membahagiakan.

Wahai para pelajar tanah air, perjuangan belum berakhir dan takkan pernah berakhir. Masih banyak perjuangan yang harus kita lakukan. Jika hari ini kita meraih satu kesuksesan, esok kita akan menghadapi seribu hambatan. Karena sukses itu tidak jatuh dari langit. Sukses itu bergantung nun jauh di atas langit. Raihlah cita-cita itu setingginya. Jika terjatuh, setidaknya kamu masih berada di atas atap rumah.

Sebuah kisah sore menjelang malamku. Semoga menginspirasi diri dan pembaca yang berkenan untuk mengubah kisah pahit menjadi manis. Amin. Terima kasih.

Selamat Sore

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun