[caption id="attachment_246153" align="alignleft" width="150" caption="Sumber: http://www.google.com/imgres?imgurl=http://jundicreativity.files.wordpress.com/2009/02/bali-pemandangan-indah1"][/caption]
Pada zaman Rasululullah, hiduplah sepasang suami istri. Mereka adalah pasangan bahagia dunia-akhirat. Karena kebaikannya, Rasulullah menjamin keduanya untuk masuk surga. Apakah keistimewaan pasangan suami-istri itu. Berikut kisahnya.
Suatu hari, Rasulullah berkumpul di serambi masjid usai menunaikan salat berjamaah. Begitu banyak jamaah yang datang. Lalu, Rasulullah pun berkata, ”Wahai para sahabat, nanti sore saya akan kedatangan tamu dari jauh. Saya tidak mempunyai sesuatu untuk memuliakan tamuku itu. Apakah ada di antara kalian yang sanggup menerima tamu itu?”
Para sahabat itu pun terdiam. Mereka sebenarnya sangat berkeinginan untuk membantu Rasulullah. Siapa sih yang tidak mau jika rumahnya disinggahi Rasulullah. Setiap orang pasti menginginkan itu. Namun, pada zaman Rasulullah, rerata masyarakat tidak kaya. Mereka hidup sangat sederhana. Jadi, mereka khawatir tidak dapat memuliakan tamu Rasulullah.
Seorang di antara sahabat itu mengacungkan jari. Lalu, ia pun berkata, ”Saya ya Rasululllah. Saya siap menjamu tamu itu.”Lalu, Rasulullah pun menemuinya. Beliau memastikan bahwa sahabat itu memang benar ingin menerima kedatangan tamunya. Setelah pasti, Rasulullah dan jamaah itu pulang.
Sebenarnya, sahabat yang bersedia menerima kedatangan tamu Rasulullah itu sangat miskin. Namun, keinginan untuk menjamu Rasulullah dan tamunya mengalahkan egonya. Sesampai di rumah, sahabat itu pun menyampaikan kabar itu kepada istrinya. Mendengar kabar itu, sang istri terkejut bukan kepalang.
”Wahai suamiku, dengan apakah kita akan menjamu Rasulullah dan tamunya? Kita itu tidak mempunyai apa-apa. Kita hanya mempunyai semangkok bubur untuk anak balita kita nanti malam” ujar istrinya terus terang.
Tentu saja, suami itu terkejut juga. Namun, sahabat itu sudah menyanggupi Rasulullah bahwa ia akan menjamu tamunya. Lalu, sahabat itu pun berpikir. Tak berapa lama kemudian, sahabat itu tersenyum.
Sahabat itu pun menghampiri istrinya seraya berkata, ”Wahai istriku. Ketika Rasulullah dan tamunya nanti datang, tolong siapkan 3 mangkok. Tuangkan bubur anak kita itu ke dalam dua mangkok saja. Satu mangkok itu jangan diisi.” Sang istri tidak mengetahui maksud suaminya. Namun, sang istri tetap taat menuruti perintah suaminya.
Usai berkata demikian, sahabat itu pun mulai melaksanakan niatnya. Lampu-lampu di rumahnya dibuat rusak. Satu per satu, lampunya dipretheli agar terkesan rusak.
Tak berapa lama kemudian, tampak dari kejauhan Rasulullah dan tamunya menuju ke rumah sahabat itu. Setelah mempersilakan Rasulullah dan tamunya duduk, sahabat itu berpamitan.
Sahabat itu berpura-pura membetulkan lampu-lampu yang sengaja dirusak. Tentu saja ruang tamu menjadi gelap. Ketika suasana gelap, istri sahabat itu mengeluarkan tiga mangkok. Dua mangkok berisi bubur dan semangkok berisi angin alias mangkok kosong.
Setelah memastikan bahwa tiga mangkok tersaji di meja, sahabat itu pun mempersilakan Rasulullah dan tamunya untuk menyantap hidangan. Sahabat yang menghadapi mangkok kosong itu pun berpura-pura makan dengan lahap. Sesekali sahabat itu mengetukkan sendok ke mangkok agar terkesan dia juga sedang makan.
Usai ketiga orang itu menyantap hidangan, lampu dinyalakan. Maka, terlihatlah tiga mangkok yang sudah kosong. Sebenarnya, Rasulullah itu mengetahui keadaan yang sebenarnya. Rasulullah pun tersenyum. Sembari berpamitan, Rasulullah itu berkata, ”Kalian akan menjadi penghuni surga.”
Saudaraku, sahabat itu berani berkorban di tengah kesulitan yang menghimpitnya. Ini disebabkan kepercayaan yang tinggi bahwa surga itu ada. Nah, saat ini kita masih berada di Bulan Ramadhan. Akankah kita hanya sebatas percaya bahwa surga itu ada? Marilah kita wujudkan langkah konkret untuk berebut tiket ke surga. Dan tiket surga itu sebenarnya sangat murah: hanya mau berbagi dengan ikhlas. Sungguh kisah teladan yang sangat perlu kita teladani. Marilah kita berkorban sekadar berbagi kepada khalayak yang tidak seberuntung kita. Dengan pengorbanan yang ikhlas, insya Allah, tiket surga akan berada di tangan kita. Amin. Semoga bermanfaat, dan selamat menunaikan ibadah puasa. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H