[caption id="attachment_164363" align="alignleft" width="300" caption="Terima Kasih Mas Anto."][/caption]
Empat hari di Jakarta (Minggu-Rabu, 6-9 Juni 2010) benar-benar saya dibuat terkesan. Tidak disebabkan panorama Jakarta yang serba macet. Atau, tiang-tiang penyangga langit. Tidak pula oleh sajian hidangan nan lezat. Namun, perlakuan para sahabatku yang sedemikian baik. Sangat baik.
Malam pertama, saya dijemput sahabatku bernama Kusbiantoro di Terminal Kampung Rambutan. Usai mendarat di Bandara Sukarno Hatta, saya diminta naik bus DAMRI. Ternyata, bus-nya bagus. Sekitar 1.5 jam, saya menikmati perjalanan Bandara-Terminal Kampung Rambutan.
Sahabatku ini adalah teman satu kos semasa di Yogyakarta. Sahabatku ini menjadi pemain bola kenamaan. Dia adalah “penguasa” Gelanggang Mahasiswa UGM. Tahun 1997, kami berpisah. Kami tidak mengetahui perkembangan nasib.
Setelah 11tahun berpisah, kami bertemu lagi pada 2009. Swaktu saya ada acara ke Jakarta, saya mendapat informasi bahwa sahabatku ini telah menjadi “orang penting” di jajaran Pemda Provinsi DKI. Dan ternyata benar. Sahabatku menjadi pejabat penting. Kami pun berpelukan. Tak terasa, air mata pun sempat menetes. Kerinduan 11 tahun itu terobati. Dan kenangan itu berlanjut hingga kini. Saya diajak berkeliling Jakarta dengan Chevrolet Sportiva mewahnya.
[caption id="attachment_164364" align="alignleft" width="300" caption="Terima kasih, Omjay."][/caption]
Malam kedua, saya bertemu dengan sahabatku yang juga kompasianer teraktif dan blogger. Dialah Wijaya Kusumah atau biasa disapa Omjay. Badan tambun dengan peci kecil adalah cirri khasnya. Meskipun hanya mengenal sebatas teman sekamar ketika berada di Hotel Mega Anggrek 2009, persahabatan kami begitu langgeng alias abadi. Oleh Omjay, saya diajak keliling Labschool, tempatnya bekerja. Saya kagum dan mengagumi sekolah dan penghuninya. Para guru dan pengelola sangat ramah menyambut kedatanganku. Yang paling membuatku kagum adalah perlakuan para siswa Labschool. Mereka sangat santun kepada tamu dan guru. Mereka tidak sungkan atau malu untuk mengucap salam dan mencium tangan. Wouw, perilaku terpuji yang langka ditemui pada zaman sekarang. Benar-benar luar biasa!
[caption id="attachment_164366" align="alignleft" width="300" caption="Terima kasih, Mas Harun."][/caption]
Malam ketiga, saya bertemu sahabatku semasa kecil. Ya, dialah Harun Arrasyid, Direktur PT Hoge. Mas Harun adalah sahabatku sekampung. Kami biasa bermain bersama. Dialah guru saya yang mengajari bermain catur. Mas Harun juga menjadi sahabatku ketika di SMP Negeri Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Nasib kami berbeda. Usai lulus SLTA, Mas Harun memilih bekerja ke Jepang, sedangkan saya melanjutkan sekolah ke IKIP Yogyakarta. Sepulang bekerja di Jepang, Mas Harun dipercaya manajemen untuk menjadi staf hingga direktur. Wouw, luar biasa. Ketekunannya memang mencengangkan setiap orang.
Mas Harun mengajakku ke Mall Artha Gading (MAG). Saya dibuat tercengang. Maklum, kami pergi jam 20.00 (8 malam). Namun, keadaan mall masih sangat ramai. Di MAG, saya dijamu beraneka makanan seafood kegemaranku. Juga, wedang ronde kesukaanku sekadar untuk menghilangkan rasa dingin AC. (katrok banget, ya). Jam 23.00 (11 malam) saya diantar pulang ke penginapan.
Tiga malam bersama ketiga sahabatku telah menginspirasi bahwa hutang budi itu sulit dilunasi. Hutang budi hanya bisa dibalas dengan budi pula. Hutang budi akan dibawa mati. Saya sulit membayangkan cara tepat untuk membalas semua kebaikan sahabatku itu. Dengan tulisan ini, saya mendoakan mereka agar Allah berkenan memudahkan semua kesulitannya, melapangkan setiap kesempitannya, dan memberi keberkahan terhadap setiap rezekinya. Amin. Terima kasih sahabat…! (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H