Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pejuang Sejati

5 Juni 2010   01:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:44 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_158902" align="alignleft" width="300" caption="Pejuang sejati"][/caption]

Pagi ini cuaca begitu terasa dingin. Usahaku untuk melepas rasa dingin itu hanya dengan makan permen kopi. Tentu itu tidak bisa mengusir rasa dingin yang menusuk kulit. Ya, semalam daerahku memang diguyur hujan deras. Karuan, cuaca menjadi lebih dingin dan teramat amat dingin.

Karena kegiatan dinas mengharuskan saya untuk sowan pimpinan, saya pun berusaha untuk taat waktu alias disiplin. Jam 06.30, saya sudah nyanggong di areal parkir kantor pimpinan. Sementara, kantor baru dibuka jam 07.30. Saya pun bermaksud mengisi waktu luang dengan jalan-jalan disa sekitar kantor. Wouw, Sragen-ku memang asri sesuai dengan slogannya, Sragen ASRI (aman, sehat, rapi, indah).

[caption id="attachment_158906" align="alignleft" width="300" caption="Peluh yang bercucuran sebagai penanda pengabdian nan ikhlas"][/caption]

Tiba-tiba, saya dikejutkan oleh bunyi motor. Saya pun menoleh. Ternyata, ada serombongan pegawai yang menaiki motor dinas. Ini terlihat dari plat nomor yang berwarna merah. Saya pun memperhatikan mereka. Bergegas, mereka memarkir kendaraan. Rombongan itu mengenakan pakaian berwarna mencolok. Ini terlihat dari rompi kuning yang bertuliskan DTK (Dinas Tata Kota). Lalu, dengan cekatan mereka mengeluarkan peralatan dinasnya. Sebuah sapu panjang, ekrak atau alat pengeruk sampah, dan bak sampah.

Saya terhenyak melihat kesigapan dan kecekatanan mereka ketika bekerja. Begitu trengginas dan terampil memainkan alat-alat kebersihan. Tentu saja, sebagai kompasianer sejati, saya tidak melewatkan moment istimewa itu. Tustel segera kuambil dan jeprat-jepret. Kumainkan kamera untuk mencari angle yang bagus.

Terlihat peluh dan keringat sudah bercucuran. Itu penanda bahwa mereka sudah bekerja sejak pagi tadi. Dan itu penanda pula bahwa mereka adalah pejuang sejati. Ya, pejuang sejati. Jika tidak disebabkan semangat mengabdi, tidak mungkin mereka mulai bekerja sejak dini.

Lalu, saya pun berpikir. Tahun 2009, Sragen ASRI-ku meraih Piala Adipura untuk yang kesekian kali. Artinya, Sragenku terpilih sebagai kota kecil tebersih. Gelar itu begitu akrab dengan daerahku. Namun, sudahkah pejuang peraih penghargaan itu dihargai dengan penghargaan yang layak? Coba nanti saya tanyakan ke pimpinan! (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun