Aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua sudah saatnya mendapatkan perhatian secara serius dari kita semua. Bila tidak, aksi mereka akan membahayakan kehidupan masyarakat sipil termasuk aparat keamanan yang bertugas disana.
Beberapa aksi yang dilakukan KKB Papua, seperti di liris kompas.com yaitu mereka melakukan penyerangan terhadap pekerja, pembacokan, penembakan serta pembakaran  rumah dan sekolah di beberapa wilayah di Papua.
Diinformasikan kompas.com, awal bulan Mei 2022 satu personil Polri dan TNI mengalami luka tembak saat menghadiri ibadah minggu di Gereja Protestan Okbibab, Distrik Okbibab  Kabupaten Pegunungan Bintang Papua. Sebelumnya, 22 April 2022 anggota Marinir TNI AL Praka Dwi gugur dalam serangan oleh KKB di Pos Satgas Kodim Mupe Yonif 3 Mar di Kaikote Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga.
Mengenal KKB Papua
KKB Papua adalah suatu kelompok yang sering menebar teror terhadap warga sipil maupun TNI dan Polri di wilayah Papua. Tujuan atau misi kelompok ini adalah untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kelompok yang awalnya bernama OPM(Organisasi Papua Merdeka) berdiri sejak tahun 1965 dan sering melakukan aksi di wilayah pegunungan di Papua. Beberapa kelompok yang dianggap rawan dari aksi mereka seperti Puncak, Yahukimo, Nduga dan Intan Jaya.
Saat ini sudah terpetakan 5 kelompok dengan pemimpinnya yaitu Lekagak Telenggen, Egianus Kagoya, Jhoni Botak, Demianus Magai Yogi dan Sabinus Waker. Kelompok yang dikenal paling berbahaya adalah pimpinan Lekagak Telenggen dan Egianus Kagoya.
Upaya yang Sudah Dilakukan
Kalau kita telusuri upaya upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi aksi aksi yang dilakukan KKB Papua dengan menurunkan aparat militer yaitu TNI dan Polri agaknya belum memperlihatkan hasil yang diharapkan. Pihak TNI dan Polri melakukan dukungan keamanan dengan upaya damai.Â
Saya sependapat dengan pernyataan Khairul Fahmi, pengamat militer ISESS (Institute for Security and Strategic Studies) bahwa upaya penanggulangan aksi KKB  Papua dengan pendekatan militer terbukti tidak mampu menghentikan aktivitas KKB di Papua. Semestinya  perlu dilakukan pendekatan yang juga melibatkan pihak lain selain TNI dan Polri.
Gunakan Pendekatan Humanis.
Saya anggap bila pendekatan militer belum mampu menghentikan aksi aksi KKB Papua maka perlu diadakan perubahan pendekatan dengan menggunakan pendekatan humanis atau manusiawi. Caranya dengan melakukan dialog langsung dengan pemimpin kelompok-kelompok ini.
Negara kita terdapat para ahli yang menguasai ilmu pesikologi sosial dan ahli strategi perang yang dapat diandalkan. Â Mengapa tidak dilibatkan para akademisi di universitas negeri dan swasta di negeri ini. Ajak mereka berdiskusi dan merumuskan suatu metode yang paling mendekati ketepatan untuk menghentikan aksi aksi KKB Papua.
Mengapa tidak diberdayakan pemerintah provinsi yang para pejabatnya adalah sebagian besar orang Papua yang mengetahui persis budaya masyarakat Papua. Bagaimana para ahli sosial yang ada di Universitas Cenderawasih diikut sertakan dalam upaya menghentikan aksi aksi KKB di Papua ini?
Kalau kita tidak melakukan perubahan pendekatan militer dengan pendekatan humanis/dialog maka akan diperhadapkan kendala dimana kelompok inipun memiliki perlengkapan senjata modern dan canggih. Ada pemikiran dengan cara melalui kegiatan serangan udara ke basis KKB ini namun mengandung risiko warga sipil disana akan jadi korban.
Pendekatan humanis dan dialog ini memang membutuhkan orang orang berani dan suka jadi relawan dan bersedia menghadapi risiko paling berat karena bila salah melangkah dapat menjadi korban oleh pihak KKB ini.
Walaupun begitu, pihak KKB ini adalah juga saudara saudara kita sebangsa dan setanah air. Bagaimana upaya menyadarkan mereka terhadap hakekat cinta tanah air dan mereka adalah bagian dari masyarakat dalam Negara Kesaatuan Republik Indonesia(NKRI) tentu merupakan suatu perjuangan kita bersama.
Sayapun teringat pada ungkapan dalam pidato Ir Soekarno saat hari pahlawan 10 November 1961: "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".
Salam NKRI.
rujukan: kompas.com.
JM-14052022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H