Saya anggap bila pendekatan militer belum mampu menghentikan aksi aksi KKB Papua maka perlu diadakan perubahan pendekatan dengan menggunakan pendekatan humanis atau manusiawi. Caranya dengan melakukan dialog langsung dengan pemimpin kelompok-kelompok ini.
Negara kita terdapat para ahli yang menguasai ilmu pesikologi sosial dan ahli strategi perang yang dapat diandalkan. Â Mengapa tidak dilibatkan para akademisi di universitas negeri dan swasta di negeri ini. Ajak mereka berdiskusi dan merumuskan suatu metode yang paling mendekati ketepatan untuk menghentikan aksi aksi KKB Papua.
Mengapa tidak diberdayakan pemerintah provinsi yang para pejabatnya adalah sebagian besar orang Papua yang mengetahui persis budaya masyarakat Papua. Bagaimana para ahli sosial yang ada di Universitas Cenderawasih diikut sertakan dalam upaya menghentikan aksi aksi KKB di Papua ini?
Kalau kita tidak melakukan perubahan pendekatan militer dengan pendekatan humanis/dialog maka akan diperhadapkan kendala dimana kelompok inipun memiliki perlengkapan senjata modern dan canggih. Ada pemikiran dengan cara melalui kegiatan serangan udara ke basis KKB ini namun mengandung risiko warga sipil disana akan jadi korban.
Pendekatan humanis dan dialog ini memang membutuhkan orang orang berani dan suka jadi relawan dan bersedia menghadapi risiko paling berat karena bila salah melangkah dapat menjadi korban oleh pihak KKB ini.
Walaupun begitu, pihak KKB ini adalah juga saudara saudara kita sebangsa dan setanah air. Bagaimana upaya menyadarkan mereka terhadap hakekat cinta tanah air dan mereka adalah bagian dari masyarakat dalam Negara Kesaatuan Republik Indonesia(NKRI) tentu merupakan suatu perjuangan kita bersama.
Sayapun teringat pada ungkapan dalam pidato Ir Soekarno saat hari pahlawan 10 November 1961: "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".
Salam NKRI.
rujukan: kompas.com.
JM-14052022