Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyelisik Klitih Jogja dan Upaya Pencegahannya

9 April 2022   09:47 Diperbarui: 9 April 2022   21:02 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
klitih (sumber:kompas.com)

Klitih Jogya menarik untuk dibicarakan. Dibicarakan karena urgen. Melalui diskusi ini kita dapat memahami seluk beluk akar persoalan dan menemukan solusi terbaik agar peristiwa ini tak akan terjadi kembali dan merebak hingga ke daerah perkotaan lainnya.

Bila kompasiana mengangkat persoalan dalam topik pilihan bagi saya itu menunjukkan tanda peduli yang tinggi. Melalui diskusi dalam topik pilihan ini akan muncul gagasan dan pemikiran yang konstruktif dari para kompasianer bagaimana menggali dan menemukan solusi cara pencegahan yang paling tepat sasaran.

Saya tidak akan menuliskan pengertian tentang klitih, akar penyebabnya, sejarahnya namun lebih menjurus kepada upaya bagaimana mencegah klitih ini agar tidak berkembang dan menjalar ke daerah perkotaan lainnya.

Saya anggap suatu ironi bila peristiwa tragis tewasnya seorang pelajar akibat klitih di jalanan justru di daerah yang dikenal di negeri ini daerah yang paling aman. Siapakah yang tidak mengenal Daerah Istimewa Jogyakarta? Kota pelajar dengan Universitas besar bernama UGM dan Daerah yang memiliki objek wisata terkenal yang diminati wisatawan dalam dan luar negeri ini.

Fenomena klitih Jogya memang menarik untuk dikaji secara ilmiah. Persoalan munculnya peristiwa klitih di Jogya (yang juga pernah terjadi di tahun tahun sebelumnya) dan tiba tiba muncul kembali tentunya menjadi permasalahan utama sebuah kajian ilmiah. Ada apa sebenarnya dibalik semua ini? Apakah munculnya klitih Jogya ini seperti yang diduga Sri Sultan Hamengku Buwono X (HB X) tahun lalu sebagai isu yang sengaja di viralkan untuk menghancurkan citra daerah yang aman seakan akan tidak aman?

Saya kira sudah dapat ditebak bahwa dampak negatif penyebarluasan klitih Jogya akan memengaruhi minat turis mancanegara dan lokal untuk berkunjung, minat belajar dan kuliah di Joyakarta.

Nah, fenomena klitih Jogya yang tragis ini menurut saya suatu hal yang juga terjadi di kota kota besar lainnya di Indonesia dengan nama atau istilah yang berbeda beda.

klitih (sumber:kompas.com)
klitih (sumber:kompas.com)

Fenomena klitih Jogya yang dilakukan dan terjadi dikalangan pelajar secara umum dikategorikan sebagai persoalan kenakalan remaja. Apa bedanya dengan fenomena tawuran, seks bebas, menggunakan obat obat terlarang, balapan liar, membolos sekolah dan pornografi di kalangan generasi muda?

Sejauh mana peran pemerintah, swasta, tokoh tokoh masyarakat, tokoh tokoh agama dan keluarga (orang tua) dalam upaya mencegah terjadinya fenomena kenakalan yang melibatkan pelajar tersebut?

Saya kira pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin dengan adanya UU dan peraturan yang telah mendorong munculnya organisasi sosial peduli terhadap penanggulangan kenakalan remaja ini. Tokoh tokoh agama yang dalam setiap kesempatan di rumah ibadah selalu memberikan nasihat dan arahan supaya menghindari dampak negatif tindakan kenakalan remaja. Dalam keluarga pun pembinaan terhadap anak anak oleh orang tua selalu diberikan.

Pertanyaannya sekarang mengapa masih saja terjadi kejadian kejadian seperti contoh peristiwa tragis klitih Jogya itu?

Berikut ini beberapa catatan sebagai upaya preventif agar klitih Jogya atau sejenisnya dapat di cegah.

Pertama, pemerintah harus tegas dengan aturan yang berlaku terhadap pelanggaran pelaku tindakan kekerasan dalam klitih tanpa memandang bulu dengan sanksi yang berefek jera.

Kedua, pihak kepolisian terus memberikan penyuluhan dan pembinaan generasi muda.

Ketiga, tokoh tokoh agama harus tetap gencar memberikan pembinaan iman dan taqwa bagi generasi muda.

Keempat, pihak universitas dan sekolah terus kembangkan pembinaan minat dan bakat peserta didik dengan kegiatan ekstra kurikuler: menwa, seni, olah raga, kepemimpinan, organisasi kemahasiswaan, osis, pramuka dan kewirausahaan serta bimbingan dan konseling.

Kelima, orang tua harus lebih ketat mengadakan pengawasan kepada anak anaknya. Perhatian dan kasih sayang harus dikedepankan terhadap anak anak. Jangan sampai anak anak ini akan lebih suka mendapatkan nasihat pihak lain yang justru akan menjerumuskan mereka ke hal hal yang tidak diinginkan.

Keenam, pemerintah daerah sampai kedesa desa perlu menetapkan peraturan daerah/desa yang berkaitan dengan kepedulian terhadap generasi muda. Berdayakan pos kamling yang ada untuk kegiatan gotong royong warga menjaga lingkungan bersama.

Ketujuh, tingkatkan penerangan lampu lampu jalanan dan pemasangan CCTV di daerah/lokasi yang dianggap rawan.

Kedelapan, kegiatan patroli jalanan pihak kepolisian agar selalu dilaksanakan secara kontinyu khusus di daerah daerah yang telah terdeteksi dalam pemetaan sebagai rawan terjadi kejahatan di malam/dini hari.

Kesembilan, menggali dan menyebarluaskan informasi pengalaman yang dilakukan daerah tertentu di Indonesia yang dianggap ampuh menanggulangi terjadinya kekerasan dan kejahatan di jalanan oleh pelajar.

Nah. memang rada rada sulit menanggulangi persoalan kenakalan remaja. Kitapun pernah mengalamai masa masa transisi ini dahulu. Masa masa indah namun kritis. Masa masa penuh kegelisahan, pertentangan dan keinginan untuk mencoba. Bersyukur kita melewati masa masa itu. 

Kini saatnya kita berbagi dan peduli. Di kompasiana ini kita diberi kesempatan membagikan pengalaman dan memberikan ide dan pemikiran mengenal persoalan kenakalan remaja termasuk klitih Jogya.

Intinya, komitmen semua pihak, pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama mengatasi persoalan persoalan sosial yang terjadi. Belajar dari pengalaman dan mengolah pengalaman itu menjadi rangkaian jurus jitu dalam upaya mencegah perkembangannya. Lebih baik mencegah dari pada mengobati, bukan?

Mari kita sebarkan gerakan sosial anti klitih secara nasional!

JM-09042022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun