Fakta yang tak bisa dipungkiri bahwa perang Rusia dan Ukraina belum berakhir. Namanya perang tentunya akan berdampak positif maupun negatif terhadap kehidupan umat manusia dimuka bumi.
Dimana ada aksi disitu ada reaksi. Aksi serangan Rusia dengan senjata muthakir ke Ukraina menimbulkan kehancuran beberapa tempat strategis di Ukraina. Ukraina yang posisi bertahan membalas serangan dengan menyebarkan informasi ke seluruh dunia dengan menggunakan media sosial berbagai akibat serangan Rusia terhadap Ukraina tentang korban masyarakat sipil, kehancuran rumah sakit, pusat pembelanjaan.Â
Ukraina berupaya mendapatkan simpati masyarakat dunia dan menyebarkan informasi agar Putin, Presiden Rusia ini di adili sebagai "Penjahat Perang".
Kita tidak tau kapan konflik Rusia Ukraina ini akan berakhir. Yang kita tau, konflik ini berdampak negatif terhadap kondisi perekonomian global.Â
Menelusuri infformasi yang di liris kompas.com, ada 5 dampak perang Rusia Ukraina terhadap perekonomian global yaitu:
1. Komoditas melambung
2. Ancaman Makanan
3. Pasar Saham Terguncang
4. Perusahaan Melarikan Diri
5. Pertumbuhan Ekonomi Lebih Lambat
Jadi, selama perang Rusia Ukraina belum berakhir bahkan akan terus berlangsung maka pasti akan berdampak terhadap perekonomian global alias perekonomian di negara negara yang ada disekitarnya.
Indonesia yang sudah berada di pusaran globalisasi ekonomi dunia pasti akan kena dampak negatif perang ini. Kini kita mulai dan sedang merasakan dampak negatif perang itu. Contoh kongkritnya, kelangkaan minyak goreng yang membuat emak emak menjerit, harus antri berlelah demi mendapatkan jatah minyak goreng dan ada emak emak yang pingsan.
Kelangkaan minyak goreng ini disinyalir ada pihak yang menimbun dan diduga mengekspornya ke luar negeri. Wajarlah pengusaha akan lebih memilih keuntungan bila menjual minyak goreng dengan harga yang tinggi di luar negeri. Ini teori ekonomi pasar dimana pasar luar negeri membutuhkan minyak goreng yang kemungkinan diakibatkan secara tidak langsung dari dampak perang.
Ukraina yang jadi sumber gandum kebutuhan dunia dilanda konflik tentu akan berpengaruh besar terhadap ketersediaan gandum dunia. Secara ekonomi harga gandum akan melambung dan produsen bahan baku gandum seperti pakrik roti dan mie akan menghadapi kesulitan pengadaan stok produksinya.
Nah, mau tidak mau sebagai masyarakat Indonesia kita harus siap siaga menghadapi tantangan dan risiko dampak perang Rusia Ukraina yang belum berakhir ini.
Menghadapi kelangkaan makanan, strateginya pemerintah dan masyarakat sebaiknya proaktif dan antisipatif. Manfaatkan lahan tidur atau lahan kritis dengan menanam tanaman yang dapat menjadi alternatif sumber pangan. Menanam ketela pohon, keladi, ubi jalar, porang, jagung, kedelai, kacang hijau di lahan yang tersedia yang belum di olah. Masyarakat khususnya petani harus sepenuhnya menunjang program ketahanan pangan hingga ke pelosok pelosok desa.
Itu saja.
JM-24032022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H