Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianer Swabuku ini Telah Pergi untuk Selamanya

20 Agustus 2020   14:44 Diperbarui: 20 Agustus 2020   15:56 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana adalah rumah besar yang dihuni pegiat literasi dan jurnalis warga yang dikenal dengan sebutan kompasianer. Nah, rumah besar dimana kompasianer bersua dalam dunia maya, menulis, membaca, mengomentari dan memberi tanggapan artikel setiap hari.

Serunya interaksi ratusan ribu kompasianer terasa hening sejenak ketika muncul informasi duka. Kompasianer Agustinus Wahyono  telah berpulang pada 19 Agustus 2020. (Simak artikel Kner Neno Andreas Salukh).

Kompasianer sejagad kehilangan sosok sahabat sekaligus anggota keluarga besar di rumah bersama Kompasiana. 

Saya belum pernah jumpa langsung dengan almarhum Agustinus Wahyono(AW) namun hanya mengenalnya lewat tulisan artikel-artikel di Kompasiana. Secara pribadi saya kagum terhadap AW, karena dia sosok arsitek yang aktif dalam dunia tulis menulis.

Melalui tulisan-tulisannya di Kompasiana, kita dapat mengetahui siapa Agustinus Wahyono. Sejenak saya ajak kita kembali menyimak beberapa cuplikan informasi tentang nya. 

"Saya tetap menjadikan kompasiana sebagai mitra kerja budaya saya" tulisnya dalam artikel 'swabuku 2019 dan resolusi 2020'. 

"Sementara dalam rangka menyambut 2020 saya belum merencanakan apa apa untuk istilah bernama 'resolusi' berbentuk swabuku. Saya kembali pada fokus menulis atau menabung karya. Meskipun sudah mengumpulkan tulisan fiksi dan non fiksi untuk beberapa buku lagi, saya belum memikirkannya supaya terwujud secara nyata sebagai resolusi 2020" Selengkapnya simak artikelnya.  

Inilah yang menyebabkan saya menulis judul tulisan ini dan menyebut AW sebagai kompasianer swabuku (menulis dan menerbitkan buku dengan biaya dan kelola sendiri).

Tahun 2019, AW berhasil menyusun dan menerbitkan lima buku tunggal yaitu kumpulan artikel utama di kompasiana 'Surga Siap Saji'. kumpulan artikel pilihan di kompasiana 'Arsitek Yang Menulis' , 'Sang Pengembara Aksara' dan 'Korupsi Masuk Surga' serta kumpulan cerpen bertema cinta 'Gadis Yang Mengendarai Ombak'.

5 buku runggal AW(sumber:kompasiana.com)
5 buku runggal AW(sumber:kompasiana.com)
AW pernah menjadi pengelola penerbit ABADI KARYA di Balikpapan, Kalimantan Timur. Dia menulis buku 'Siapa Mengontrol Siapa, Selapak Artikel 2000-2016' dimana salah satu artikel disana berjudul 'Kemiskinan Sastra Dalam Provinsi Terkaya Di Indonesia' sebuah esei yang dinilai sebagai juara 1 lomba penulisan esei dan feature yang diselenggarakan Kantor Bahasa Provinsi Kaltim.

Dalam catatan saya, selama tahun 2020 AW telah menulis 12 artikel dimana artikel terakhir di publis 4 Maret 2020 berjudul 'Harmonisasi Keluarga Dari Kondisi Kesehatan Anjing Kami'.

AW pun suka menulis cerpen di Harian Batam Pos, antara lain: Makan (11 Maret 2007), Belang (21 Januari 2007), Datuk Penjinak Jalan (31 Desember 2006), Debu Debu Bangunan (10 Desember 2006) dan Cinta Itu Coitus? (13 Agustus 2006).

Simaklah sebuah puisi inspiratif yang AW pernah tulis dan renungkan maknanya disesuaikan dengan kepergiannya meninggalkan kita semua. 

SEPI
Agustinus Wahyono

waktu kembali pergi
senandung burung sunyi
aku sendiri
sepi

derit pintu langit atasku
menjerit pada letih batu
sajak yang membeku
sepi semakin serbu
aku termangu
kaku

lupaku pada detak detik
membisik
kadang memekik
berlari memetik rintik rintik
embun plastik
angin menggelitik
memantik
waktu kian meletik

aku sendiri
waktu jauh pergi
tinggalkan sunyi
ilusi sembunyi
sepi
seperti mati

15 Maret 2003.

(sumber:https://sesamestreet202.blogspot.com/2011/03/)

Akhirnya, kompasianer Agustinus Wahyono dikenal juga dengan nama Gus Noy atau juga Onoy ini lahir di Sungailiat, Bangka (Bangka Belitung) pada 14 Desember 1971. Dia pun sarjana arsitektur pada Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Bekerja freelance sebagai tukang gambar(arsitek, ilustrator, kartunis/karikaturis, desainer grafis).

Selamat Jalan sahabat kompasianer kami Gus Noy,

karya karya mu abadi dan tetap di kenang!

Manado 200820.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun