Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Peduli Mereka yang Terasing di Negeri Sendiri

10 Agustus 2020   16:41 Diperbarui: 10 Agustus 2020   16:44 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suku togutil halmahera Utara(sumber:iphrdefenders.net )

Ada banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam hati dan pikiran saya. Tanda tanya besar tentang mereka yang terasing justru di negeri sendiri.

Ya, ini soal suku terasing. Suku yang masih terisolir dari kehidupan yang wajar padahal mereka adalah penghuni di bumi pertiwi.

Suku terasing menurut id.wikipedia org yaitu suku yang berada di daerah yang masih terisolir dari dunia luar. Komunitas suku yang masih tinggal di pedalaman yang memiliki segala keterbatasan. 

Ciri khas suku terasing yaitu mereka yang masih hidup di kawasan hutan dan berpindah pindah tempat tinggal (nomaden) serta pekerjaan utama berladang dan berburu hewan liar. 

Bila di telusuri informasi di Indonesia, masih dapat di temui suku terasing di daerah tertentu. Misalkan, suku Kubu di Jambi, suku Samin di Jateng, suku Badui di kabupaten Lebak, Banten, suku Kajang di kabupaten Bulukumba, suku Kombai dan Korowai di Papua,suku Polahi di Gorontalo dan suku Togutil di kab Halmahera Utara Maluku Utara.

Kompasianer, khususnya yang ada di daerah daerah mengenal suku suku terasing ini? Apakah masih ada rasa peduli terhadap nasib dan keberadaan mereka? Komunitas yang hidup di wilayah yang bernama Indonesia namun dikatakan terasing di negeri sendiri?

Keberadaan suku terasing masih menimbulkan pertanyaan yang belum terjawab.

Berapa jumlah penduduk yang di kategorikan suku terasing?

Selama 75 tahun merdeka, berapa jumlah individu suku terasing berhasil di bina dan mampu beradaptasi dengan penduduk sekitarnya?

Jelas suku terasing yang masih terisolir ini belum memiliki KTP sehingga mereka belum bisa berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam aktivitas pembangunan di daerah. Mereka walaupun tinggal di Indonesia, namun belum boleh aktif dalam pemilu dan pilkada.

Saya anggap kondisi ini menjadi tanggung jawab kita semua, bukan hanya jadi tanggung jawab program pembinaan formal oleh kemensos dan pemerintah provinsi dan kabupaten namun semua pihak yang merasa terpanggil dan peduli.

Mungkin saja kompasiana dapat berkontribusi melalui kompasianer yang tersebar di seluruh pelosok nusantara untuk menulis artikel tentang suku terasing. Kompasiana boleh menjadikan Topik Pilihan. Ataukah Kompasiana bekerja sama dengan Kementerian Sosial RI untuk menggali gagasan atau ide cara menanggulangi atau solusi program pembinaan dan pemberdayaan suku terasing di Indonesia.

Selain itu, para pakar sosiologi dan psikologi sosial diharapkan dapat berbicara tentang hal ini. Karena ada kecenderungan program pembinaan selama ini belum tepat sasaran. Suku terasing yang sempat dibina masih kembali ke habitat mereka karena justru mereka belum diterima secara murni oleh masyarakat dimana mereka dibina.

Suku terasing ini wajib di perhatikan karena mereka itu bagian dari masyarakat Indonesia dan memerlukan sentuhan program yang lebih tepat sasaran sehingga dapat beradaptasi sekaligus berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa.

Sudah 75 tahun kita merdeka, apakah kita tega melihat ada komunitas yang masih terbelenggu dalam kehidupan terisolir dan belum menikmati suasana kemerdekaan seperti kita?

Salam Kompasiana!

Manado, 10082020.

referensi: id.wikipwdia.org;

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun