Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ini Cara Atasi Kabut Asap

15 September 2019   13:21 Diperbarui: 15 September 2019   13:24 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kabut asap riau (Sumber: Kompas.com)

Kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan melanda beberapa kota di 6 provinsi di Indonesia. Artinya, ada sekitar 23 juta masyarakat disana di landa polusi udara. Menurut Badan Penanggulangan Bencana RI terdeteksi sejumlah 3.600 titik kebakaran di pulau Sumatera dan Kalimantan.

Persoalan kebakaran hutan dan lahan atau disingkat karhutla menjadi menarik. Bahkan sempat menimbulkan berita menarik bertajuk Menteri LH RI dan Malaysia Cekcok Saling Lempar Tuduhan Soal Kabut Asap. Seperti diliris liputan6.com, dapecialized Meteorological Center(ASMC) menunjukkan jumlah total titik panas di Kalimantan adalah 474, dengan 387 di Sumatera sebagai perbandingan hanya tujuh titik yang tercatat di Malaysia.

Saya anggap momentum yang tepat bila Kompasiana memunculkan topik pilihan Indonesia Dikepung Asap. Ya, memang faktanya masyarakat yang dilanda kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan (karhutla) ini sudah dalam kondisi kritis. Dimana-mana terlihat kabut asap yang mencemari angkasa sekitar kehidupannya.

Kondisi polusi udara yang dirasakan khususnya masyarakat di 6 provinsi saatnya di seriusi oleh pihak yang berkompeten. Pemerintah pusat dan daerah secepaatnya mengambil langkah menanggulangi masalah ini. Bila tidak akan banyak orang yang akan mengalami gangguan kesehatan terutama pernafasan dan mata.

Tidak perlu lagi mencari kambing hitam dan mempersalahkan satu dengan yang lain. Mencari cara yang paling jitu mengatasi polusi udara yang semakin kritis ini. 

Menurut saya karhutla yang terjadi tahun 2015 lalu dan tahun 2019 ini disinyalir ada faktor x nya. Kemungkinan ada faktor kesengajaan pihak tertentu dimana setiap ada kejadian karhutla ada kelompok tertentu menyambi proyek dadakan. Misalkan, di provinsi Kalteng biaya operasional 1512 personil stgas karhutla menggunakan dana sekitar 22 milyar rupiah per bulan dan juga 3 milyar rupiah per hari untuk membayar jasa 3 helikopter. 

Apakah para pakar lingkungan yang dihasilkan perguruan tinggi ternama di negeri ini hanya berdiam diri dan menemukan teknologi canggih cara mengatasi dampak karhutla yang sudah semakin membahayakan kehidupan masyarakat yang tertimpa bencana ini?

Apakah sosialisasi kepada masyarakat penghuni hutan agar ikut menjaga agar hutan dan lahan jangan sampai terbakar rutin di laksanakan oleh pihak intansi terkait?

Apakah pihak lembaga misalkan badan penanggulangan bencana nasional telah mensosialisasikan cara-cara untuk mencegah terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan secara dini kepada masyarakat di sekitar hutan?

Pastinya kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi akibat ulah manusia namun ada yang terjadi karena alam. Secara alamiah di musim kemarau dengan adanya hembusan angin dapat terjadi gesekan antar pohon tertentu (bambu) berulang-ulang dan dapat menimbulkan api, bukan?

Kabut asap akibat karhutla sudah semakin membahayakan kehidupan manusia. Asap ini jadi polusi udara dan boleh di bilang pencemaran udara. Sudah ada kriteria baku pengukuran pencemaran udara dengan ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) yang mulai dari rendah hingga berbahaya. Kalau ISPU sudah pada angka 300-500 maka itu sudah tanda bahaya.

Kondisi udara dikota Dumai Riau di informasikan kabut asapnya semakin pekat dan ini tanda bahaya.

Saya pikir sudah saatnya pemerintah pusat dan daerah mengantisipasi terjadinya karhutla. Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Para pakar lingkungan hidup seyogyanya memikirkan cara bagaimana mengatasi karhutla dengan melibatkan lintas kementerian menanggulangi karhutla. Belajar dari pengalaman negara lain, pengalaman tahun 2015 sebenarnya sudah ada cara penanggulangan secara terpadu, kenapa karhutla masih saja terjadi? Apa permasalahan utamanya perlu dikaji secara mendalam secara terpadu.

Aspek teknologi, apakah bisa di rancang suatu alat penghisap kabut asap skala besar dan di tempatkan di kota-kota yang dilanda kabut asap tersebut?Pemanfaatan pesawat udara atau helikopter dalam melakukan semprotan di udara bahan kimia yang dapat menciptakan hujan buatan apakah sudah diterapkan?

Setidaknya tindakan menggunakan cara konvensional lewat pemadaman api di lokasi sudah tidak efektif lagi. Apalagi hanya mengandalkan mobil pemadam kebakaran yang medannya sulit dijangkau. Tentu gerak cepat pesawat udara ke lokasi karhutla jadi tindakan pencegahan pertama agar api tidak menyebar.

Sekali lagi, pakar teknologi harusnya mampu menciptakan karya alat pengisap asap skala besar untuk mengisap asap dan diletakkan di kota-kota yng dilanda kabut asap merupakan suatu terobosan. Manusia diberikan kemampuan berpikir untuk mencipta karya. manfaatkanlah itu demi kemanusiaan agar dampak negatif kabut asap yang membahayakan kesehatan manusia akan teratasi. Ciptakan alat pengisap asap ini. Inilah cara atasi kabut asap!

Sanggupkah kita?

Semoga bermanfaat.

mnado, 15092019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun