Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mungkinkah Pendidikan Dasar di Indonesia Menjadi 7 Tahun?

18 Juni 2019   10:40 Diperbarui: 18 Juni 2019   10:45 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah pendidikan dasar di Indonesia beraneka ragam. Mulai dari prasarana dan sarana pendidikan hingga guru dan guru honorer selalu menghias media massa cetak dan elektronik di negeri ini. 

Minimnya fasilitas dan guru honorer yang menerima upah yang kecil sudah bukan jadi rahasia lagi. Belum lagi soal perbedaan menyolok antara pendidikan dasar di kota besar dengan pedesaan apalagi daerah perbatasan. Sungguh miris dan memprihatinkan.

Permasalahan pendidikan dasar ini menjadi tantangan bukan hanya oleh pemerintah namun swasta dan pemerhati dunia pendidikan di negeri ini. Pendidikan dasar itu urgen karena disini aset kader bangsa di bina dan di didik. 

Disini siswa di beri dasar-dasar ilmu dan taqwa sehingga akan terbentuk manusia-manusia yang siap memasuki pendidikan lanjutan di SMK-SMA dan perguruan tinggi ataupun lapangan kerja.

Saat ini, jelang memasuki tahun ajaran baru pihak orang tua mulai mempersiapkan anaknya untuk mendaftar di sekolah yang baru. Di tiap kota atau daerah pasti ada sekolah-sekolah yang dianggap favorit. 

Umumnya orang tua akan bangga bila anaknya sekolah di sekolah favorit tersebut. Kompasianer Topik Irawan menulis bahwa tidak selamanya anak yang sekolah di sekolah favorit akan menjamin kesuksesannya di masa depan. 

Bahkan ada kompasianer  Devi Ratnasari yang membandingkan sekolah di Indonesia dengan sekolah di Korea Selatan yang berbeda sistemnya.

Di zaman atau era percepatan menyongsong revolusi industri 4.0 sejatinya kita perlu mencari ide dan gagasan bagaimana memecahkan persoalan pendidikan dasar di negeri ini.

Mungkinkah pendidikan dasar di Indonesia bukan lagi 9 tahun namun 7 tahun saja?  Mengapa 7 tahun saja?  Ini sesuai azas percepatan pendidikan, dimana sekolah dasar biasanya 6 tahun dan sekolah menengah pertama 3 tahun, di rubah sekolah dasar 5 tahun dan smp hanya 2 tahun. Memang hal ini pasti diperlukan pakar psikologi pendidikan. 

Gagasan perubahan ini berarti peninjauan kembali Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Pendidikan dasar selama 9 tahun menjadi 7 tahun berarti menghemat 2 tahun.  

Positifnya, biaya pendidikan orang tua menjadi berkurang. Peraturan Pemerintah ini sudah hampir mendekati 20 tahun sehingga perlu di tinjau ulang apakah masih relevan dengan era percepatan sekarang.

Selain itu, diatur dalam ketentuan bahwa tenaga guru di sekolah dasar ini tenaga sarjana pendidikan yang spesial di siapkan. Boleh saja guru-guru yang sudah ada di tingkatkan kemampuan dan ketrampilan mengajarnya atau tenaga tambahan yang spesialis. Guru-guru ini pun mestinya di beri upah yang memadai sehingga mereka tidak bekerja lain  untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Seandainya pedidikan dasar ini 7 tahun, smk/sma 3 tahun maka usia 15 tahun sudah dapat kuliah dan memungkinkan mereka jadi sarjana di usia 19 tahun. Bila mereka melanjutkan studi lanjut Strata 2 dan strata 3 dalam waktu 5 tahun maka Indonesia akan mampu menghasilkan Doktor dalam usia 24 tahun. Usia produktif ini menjadi aset bangsa yang siap membangun negeri.

Percepatan waktu pendidikan ini selain memperpendek waktu studi juga akan mengurangi anggaran pembiayaan orang tua. Dilain sisi, akan mendukung tersedianya aset bangsa dan negara di berbagai sektor pembangunan.

Argumen mendasar lainnya, bila mengamati kondisi anak-anak sekolah dasar yang sudah mengenal dan lebih paham penggunaan telepon genggam yang memiliki aneka ragam ipteks maka lewat arahan guru-guru yang profesional alat ini dapat memicu siswa lebih mengenal dan menguasai ipteks.

Tulisan ini merupakan gagasan dan tentu masih perlu di perbincangkan lebih matang akan sisi positif dan negatifnya bagi kepribadian anak didik. Gagasan sederhana dan gila ini bisa menimbulkan pro dan kontra. 

Gila karena gagasan ini menabrak sistem yang sudah cukup lama dan berakar di negeri ini. Persoalannya kalau kita di tuntut untuk masuk di era percepatan dan kita tidak melakukan langkah-langkah konkrit percepatan pendidikan dasar maka kita akan ketinggalan dengan negara-negara tetangga yang sudah lebih maju sistem pendidikannya.

Pendidikan dasar 7 tahun, mengapa tidak?

Salam Kompasiana.

JM:18062019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun