Gaya hidup ini boleh saja dianggap negatif namun ada pihak yang menganggap bernilai positif. Positifnya, orang-orang ini memiliki percaya diri yang besar dan ini di perlukan dalam pergaulan masyarakat dimanapun di dunia ini.Â
Sulitnya menghilangkan gaya hidup ini kemungkinan disebabkan orang tua di Minahasa dan Manado suka bergaul dengan orang asing Belanda, Portugis dan Spanyol yang pernah ada di daerah ini tempo doeloe. Â Gaya hidup ini masih terbawa dan di wariskan secara turun temurun hingga kini.
Memang gaya hidup ini dianggap ada negatifnya. Gaya hidup yang menumbuhkembangkan sifat pandang enteng orang lain dan orang jadi bergengsi tinggi. jarang terlihat orang Minahasa dan Manado yang suka bekerja secara berkeliling misalnya menjual sayur mayur di perumahan-perumahan, menjadi buruh kasar apalagi buruh tani.
Memang seirama dengan perkembangan masyarakat di Minahasa dan Manado, ada juga masyarakat yang mulai meninggalkan gaya hidup seperti ini. Mereka berusaha dan bekerja keras serta berpenghasilan cukup sehingga mereka merobah pola menjadi Tidak Kalah Nasi dan tidak Juga kalah Aksi. Â
Contoh konkrit bisa kita lihat pada pejabat atau tokoh masyarakat asal Minahasa dan Manado, umumnya mereka telah mapan dan tidak kalah aksi dan bergaya. Lihatlah contoh tokoh: Prabowo Subianto, ibunya orang Langowan Minahasa.
Salam Kompasiana.