Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Ciri "Musuh dalam Selimut"!

31 Mei 2019   10:43 Diperbarui: 1 Juli 2021   23:51 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda punya musuh?

Jawabannya tergantung apa yang anda rasakan. 

Di rumah, di tetangga, di kantor, di organisasi ataupun dalam pergaulan masyarakat mungkin anda merasakan ada orang yang tidak menyukai anda. Akar permasalahan munculnya musuh adalah ke tidak sukaan.

Secara pribadi maupun kelompok bahkan negara pasti memiliki musuh.

Musuh itu ada dimana-mana. 

bahkan musuh itu memunculkan pepatah lama "musuh dalam selimut".

Apakah anda mengetahui ciri-ciri musuh dalam selimut?

Di Kompasiana sudah banyak kompasianer menulis tentang "musuh dalam selimut" ini. Begitupun topik ini anda akan temukan di rubrik life style media cetak. Gus Dur pernah ingatkan dalam suatu kata pengantar buku, waspadai musuh dalam selimut di negeri ini.

Baca juga : Strategi Jokowi: Merangkul Lawan, Memeluk Sahabat (untuk Hadapi Musuh dalam Selimut)

Sebuah artikel menarik di tulis Abdullah Zaen. "Bagai musuh dalam selimut adalah peribahasa yang memiliki makna: orang dekat yang berkhianat diam-diam. Musuh yang berasal dari kalangan sendiri, musuh dekat yang dapat membuat celaka". 

Jadi, musuh dalam selimut memang sangat berbahaya.

musuh dalam selimut(sumber:wordpress.com)
musuh dalam selimut(sumber:wordpress.com)
Bagaimana ciri-ciri musuh dalam selimut? Ada 9 ciri-ciri orang seperti ini:

Pertama, orang manipuatif cenderung ingin mengontrol dan menguasai; Kedua, orang yang tidak tahu batasan; Ketiga, Orang yang tidak bertanggung jawab akn kesalahan sendiri dan selalu menyalahkan orang lain; 

Baca juga : Teman Musuh dalam Selimut

Keempat, orang yang merusak kepekaan, emosi dan kesadaran orang lain; Kelima, orang yang menggosipkan orang yang berhubungan dengan kita; Keenam, Orang yang suka menekan orang lain dengan kesalahpahaman; 

Ketujuh, orang yang sering membodohi orang lain dengan perkataannya; Kedelapan, orang yang suka berpura-pura; Kesembilan, orang yang suka berbohong dan sulit di percaya;

Lebih lanjut di kemukakan, orang ini selalu inginkan agar orang lain mengikuti caranya, pikirannya dan keinginannya. 

Namun ia sangat jarang untuk melakukan apa yang dikatakannya pada orang lain. Ia tidak mau disalahkan karena baginya yang salah orang lain. 

Baginya dalam sebuah hubungan baik itu dengan psangan, keluarga maupun rekan kerja, semua harus menguntungkan dirinya.

Ia tidak memusingkan adanya batasan atau aturan. Sehingga ia akan terus mengejar apa yang dia inginkan tanpa peduli apakah orang lain akan tersakiti atau terluka.

Nah, apakah di sekitar anda terdapat orang-orang yang termasuk ciri-ciri diatas, tergantung anda sendiri menilainya.

Baca juga : Hari Lahir Pancasila, Masih Adakah Musuh dalam Selimut?

Walaupun begitu pada hakekatnya ada musuh terbesar dalam diri kita atau dalam hati kita. itulah musuh yang harus di kuasai karena apabila tidak dijaga, dipelihara dan dibersihkan maka itu akan jadi musuh terbesar bagi kita dan bagi orang lain.

Nah, bila kita mencermati perkembangan perpolitikan nasional, pasca kerusuhan 21-22 Mei terungkap dugaan adanya musuh dalam selimut di negeri ini. kehadiran mereka menjadi ujian berat bagi kita semua. 

Hadapilah mereka dengan kearifan karena mereka pun adalah bagian dari masyarakat kita. Pemerintah tentu punya cara yang bijak menanggulangi musuh dalam selimut ini. 

Utamanya kita perlu tetap mewaspadai segala bentuk dan upaya yang akan memecah belah persatuan dan kesatuan serta keutuhan NKRI. 

Benteng Pancasila perlu terus di gaungkan sebagai dasar filosofi untuk bersatu padu menghancurkan ajaran yang tidak sesuai dengan jiwa persatuan dan kesatuan itu. 

Bagaimana menurut anda?

Salam Damai.

Salam Kompasiana.

Sumber: tunasilmu.com; tribunnews.com;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun