20 Mei setiap tahun kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang di singkat Harkitnas. Setiap mempeingati Harkitnas kit selalu dianjurkan untuk menoleh ke belakang dan mengetahui sejarah pergerakan para pemuda yang telah berjuang dengan mengorbankan jiwa dan raganya demi meraih kemerdekaan dari kaum penjajah.
Reviltalisasi adalah suatu peoses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali seseuatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadi vital, sedangkan kata vital mempunyai arti yang sangat penting atu sangat diperlukan sekali untuk keehidupan.
Makna hari kebangkitan nasional adalah hari dimana rasa dn semangat persatuan dan kesatuan serta naionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan negara kita Republik Indonesia, yang dulunya tidak pernah muncul selama pejajahan oleh Belanda dan Jepang.
Generasi milenial adalah istilah yang populer saat ini, diciptakan oleh pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam buku-buku yang mereka tulis. Sering juga dikenal dengan istilah generasi y (generasi yang lahir diantara tahun 1980 hingga 1990 atau pada awal tahun 2000),  Ada juga istilah "generation me" dan "echo boomers".
Mengapa geerasi milenial ini perlu direvitaliasi semangat juang dalam memperingati Harkitnas?
Pertama, generasi milenial di negeri ini tumbuh dan berkembang di era digital berbeda dengan generasi sebelumnya.Generasi yang lekat dengan dunia maya, memiliki pengetahuan yang tinggi dalam menggunakan platform dan perangkat mobile Disinyalir fenomena ini memiliki titik lemah bagi generasi milenial terhadap keamanan di dunia maya.
Penelitian yang pernah dilakukan dan dilaporkan Insight Report Norton Cyber Securty 2016 bahwa generasi milenial di Asia tenggara, termasuk Indonesia dari 1000 pengguna internet, 20% senang berbagi kata sandi yang berpotensi menurunkan keamanan akun mereka, 39% dari mereka mengalami peretasan kata sandi. Di laporkan juga konsumsi hiburan generasi milenial menghabiskan waktu 18 jam per hari untuk menikmati tontonan ondemand berupa game dan meonton televisi konvensional.
Selain itu, generasi milenial Indonesia memiliki "powerful" dalam bisnis dan politik. Sekitar 80 juta atau 1/3 jumlah penduduk Indonesia adalah generasi mileniaal berusia antara 22 - 37 tahun yang memiliki hak pilih dalam Pilpres dan Pileg 2019.
hal menarik adalah adanya generasi milenial yang menjadi kaya luar biasa dalam waktu antara 2 - 4 tahun saja lewat usaha-usaha start-up. Siapa saja mereka? Ferry Unardi, pendiri Traveloka usia 30 tahun miliki kekayaan Rp. 2.09 trilyun, William Tanuwijaya pendiri Tokopedia usia 30 tahun memiliki kekayaan Rp. 1,95 trilyun, Achmad Zaky pendiri Bukalapak Rp. 1,5 trilyun dan Nadien Makarim, pendiri Gojek kekayaanny Rp. 1,45 trilyun.
Persoalannya, di era kemajuan teknologi informasi ini apakah generasi milenial  di Indonesia masih memahami dan mengerti soal semangat juang yang terkandung dalam peringatan Hardiknas ini? Ini perlu di kaji lewat studi penelitian para ahli di bidang itu.
Kedua, merevitalisasi semangat juang Hardiknas kepada geerasi milenial harus tetap di gaungkan terus agar mereka tidak akan di pengaruhi oleh pihak lain yang tetap berusaha untuk meregangkan tali persatuan dan kesatuan bangsa. Ini bukan hanya jadi tugas pemerintah semata namun menjadi tugas bersama semua komponen dan elemen bangsa.
Menarik apa yang disampaikan Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey kepada sekitar 10.000 murid SMA dan SMK di Gedung Wale Ne Tou, Tondano Kabupaten Mnahasa (kompas.com):
"Generasi Muda wajib mengetahui tentang 4 Pilar kebangsaan. Pancasila senantiasa harus di yakini kebenarannya: Dipelajari, Di mengerti, Di paahami dan Di Praktekaan, dalam kehidupan guna tetap kokohnya sebagai living ideologi".
Steven Kandouw, wagub Sulawesi Utara  dalam sambutannya pada hardiknas 2018 (kompas.com) menyampaikan:
"Cita cita untuk menjadi bangsa yang merdeka, yang kemudian di kenal dengan kebangkitan nasional, itulah yang mengawali perjuangan anak bangsa. Budi Utomo, merupakan pergerakan anak bangsa yang telah memberikan segenap jiwa demi menciptakan Persatuan Indonesia. Persatuan bangsa diibratkan dengan sapu lidi. Persatuan bisa terjalin jika sekumpulan batang lidi terikat dengan baik.Adanya kekuatan-kekuatan yang berupaya merenggangkan ikatan sapu lidi kita. Kita disuguhi hasutan yang membuat kita bertikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puluhan tahun menyatukan segala perbedaan tersebut. Peringatan Hardiknas mesti menjadi momentum untuk segenap elemen bangsa bersatu. Momentum ini membuat kita untuk tidak buang-buang energi untuk bertikai namun lebi fokus pada pendidikan dan pengembangan manusia Indonesia".
Ketiga, suatu penelitian Prof Yohanes tahun 2015 terhadap 400 siswa SMA kelas 1 di Kabupaten Samosir menemukan 6 orang siswa dengan IQ 150 alias super jenius.Ditambah lagi dengan informasi prestasi anak bangsa generasi milenial yang memiliki bakat bisnis yang luar biasa serta penilaian atas sikap kreatif yang ada pada generasi milenial menjadi jaminan masa depan Indonesia akan terus maju dan berkembang. Mungkin saja ramalan Price Water Cooper, sebuah lembaga analis ekonom yang terpercaya bahwa Indonesia akan menjadi negara ke empat dalam kekuatan ekonomi akan terwujud nanti.
Intinya, revitalisasi semangat juang Harkitnas bagi generasi milenial tetap harus di sosialisasikan tanpa henti agar rasa Persatuan dan Kesatuan dan Nasionalisme tetap menyala dan berkobar di hati mereka khususnya, bangsa Indonesia umumnya.
Salam Kompasiana.
Manado, 19 Mei 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H