Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi: Pemimpin "Cerdas" Kita

12 Mei 2019   14:04 Diperbarui: 12 Mei 2019   14:23 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi ketika memberikan sambutan pada acara Musrembangnas di Jakarta (sumber:antara foto:wahyu putro a.kompas.com)

Banyak sudah di tulis tentang karakter dan sifat serta sikap Jokowi sebagai Presiden di negeri ini. Jurus "blusukan"nya menjadi ciri khas yang di kenal oleh seluruh rakyat Indonesia. Perkembangan karir Jokowi begitu pesat mulai dari Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga jadi Presiden. Bahkan dalam pilpres 2019 di calonkan lagi untuk periode ke 2.

Apa sebenarnya yang menjadikan Jokowi sehingga dia menjadi begitu populer dan disayangi rakyat Indonesia?

Saya anggap Jokowi adalah figur, tokoh, negarawan dan pemimpin yang "CERDAS"

Anggapan saya ini bukan tidak beralasan. Menelusuri sikap dan tindakan serta ucapan semenjak debat pilpres hingga kini, semuanya menunjukkan "kecerdasan" nya sebagai seorang pemimpin.

Pemimpin yang cerdas memiliki kemampuan manajerial yang hebat. Mengelola negara besar tidaklah mudah. Memimpin di negara yang berpenduduk 250 juta jiwa tidaklah segampang memimpin sebuah desa. Ini sebuah negara yang secara geografis kumpulan 17 ribu pulau yang didiami oleh beranekaragam suku, agama dan ras.

Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang tahu persis apa persoalan dan kebutuhan rakyat nya. Bagaimana menyusun rencana yang matang agar  dengan memprioritaskan pembangunan secara bertahap. Pembangunan infrastruktur yang sedang dan sudah dilakukannya menjadi ukuran kecerdasan nya. Orang Indonesia yang mendiami negara kepulauan butuh sarana infrastruktur sehingga dengan cepat mencapai lokasi tujuannya. 

Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang dekat dengan rakyatnya. Selalu berkunjung dan menanyakan keinginan hatinya , kebutuhannya dan harapan-harapan serta mimpinya ke depan. Dengan cara yang khas, blusukan, foto selfie dengan masyarakat Jokowi mampu menarik simpati mereka dan ini jurus cerdas yang alami dan tidak dibuat-buat.

Ada hal menarik yang dilakukan Jokowi sebagai sikap yang cerdas. Sikap berani merobah sistem birokrasi yang sudah berlangsung lama di negeri ini. Dalam sambutan membuka acara Musrembangnas di Jakarta barusan, Jokowi mengancam akan menutup lembaga yang kerjanya tidak efisien dn hanya menghabiskan anggaran negara. Ini dianggap tindakan cerdas Jokowi dalam persoalan birokrasi yang berbelit-belit dan dianggap memperlambat pembangunan. Sebuah gambaran pemimpin yang cerdas dalam melindungi aset keuangan negara yang tentunya ini akan menjadi bahan perdebatan seru dikalangan elit tertentu.

Jokowi adalah pemimpin yang cerdas dan serius terhadap hal-hal yang urgen. Soal pemindahan ibukota negara, Jokowi tanpa menunggu lama langsung menuju ke lokasi rencana pendirian ibukota negara yang baru di Pulau kalimantan. Gerak cepat ini adalah tindakan cerdas dan konsekwen terhadap apa yang telah dia katakan. Ibukota negara pindah ke luar pulau Jawa. 

Ya, memasuki era revolusi industri 4.0 dimana segala sesuatu serba cepat dibutuhkan pemimpin cerdas seperti Jokowi. Obsesinya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan disegani dan dihormati di kawasan Asia Pasifik masa depan merupakan obsesi cerdas. Olehnya, sejatinya kita sebagai masyarakat Indonesia ikut mendukung dan menopang rencana mulia ini, bukan sebaliknya.

Saya teringat buku Megatren 2000, karya futurulog Jhon Naisbitt dan isterinya bab 6 yang mengulas bangkitnya kawasan-kawasan Pasifik. Indonesia sebagai negara di kawasan bibir Pasifik diramalkan akan menjadi aktor masa depan di Pasifik. Lebih jauh disebutkan "Kecerdasan dan Individu" merupakan aset yang sangat dihargai. Kontribusi individu di hormati dengan paket konpensasi yang khas. Tidak lagi merupakan satu sistem yang memperlakukan semua orang sama. Kecenderungan semacam inilah yang di proyeksikan Naisbitt dan Abardene dalam buku mereka yang terkenal itu: Megatrend 2000.

Jadi, kecerdasan Jokowi sudah di prediksikan lewat buku Megatrend 2000.

Bagaimana menurut anda?

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun