ilustrasi(sumber:assets.kompasiana.com)
Apa artinya dunia ini bila tanpa manusia. Mungkin dunia ini akan terasa mati. Manusia sebagai bagian ekosistem kehidupan memang harus ada dan eksis. Namun adakalanya kehadiran manusia inilah yang membuat dunia ini merana. Apalagi manusia ini menjadi perusak lingkungan dimana ia hidup. Olehnya, membicarakan manusia itu tak akan habis habisnya selama dunia ini ada, selama bumi berputar pada porosnya, selama kita manusia masih eksis hidup dan berinteraksi satu dengan yang lain.
Manusia itu disebut mahluk sosial. Manusia itu sebagai mahluk termulia diantara mahluk ciptaan Tuhan dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Semua ciptaan ini hidup dalam suatu ekosistem, habitat yang saling memliki ketergantungan. Salah satu komponen tidak ada maka terjadilah ketidak seimbangan sistem kehidupan. Dapatlah dibayangkan bila yang ada cuma manusia saja, maka akan terjadi saling memangsa, saling berkuasa dan saling bunuh membunuh agar tetap bertahan hidup.
Itulah sebabnya, manusia sebagai mahluk termulia dengan keistimewaan memiliki akal dan hati hendaknya punya kearifan agar tetap eksis hidup dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Antar sesama manusia harus ada rasa saling menghargai, saling menghormati dan saling menopang mengelola bumi dan segala isinya demi kesinambungan kehidupan di dunia ini.
Dalam pemahaman hakekat manusia yang arif dan sadar sebagai mahluk sosial, di dunia ini berkembang filosofi kehidupan hasil perenungan para ahli atau mereka yang peduli menciptakan paham yang dapat menciptakan kedamaian dan dasar pedoman berpijak dalam menempuh perjalanan kehidupan.
Gerakan sosial yang mengembangkan faham sosialisme menjadi suatu pandangan hidup yang dikembangkan di dunia ini. Bangsa Indonesia dengan Pancasilanya menjadi filosofi yang terus ditumbuhkembangkan dalam pri kehidupan masyarakat walaupun kadang mendapatkan tantangan dari sekelompok orang. Pengaruh faham kapitalisme dan liberalisme yang arusnya kuat kadang menjadi suatu tantangan bagi kita.
Di daerah saya ada faham yang dikembangkan oleh DR Sam Ratulangi dengan "SI TOU TIMOU TUMOU TOU" artinya manusia itu lahir dan hidup untuk memanusiakan dan menopang kehidupan manusia itu sendiri. Kemudian muncul aplikasinya "TORANG SAMUA BASUDARA" bermakna bahwa pada hakekatnya manusia itu bersaudara dan hendaknya saling tolong menolong sebagai suatu komunitas mahluk sosial yang masih terikat dalam suatu keluarga besar manusia di muka bumi.
Maka dari itu, dalam kehidupan manusia itu haruslah di hilangkan sikap saling membenci, saling memandang enteng orang lain, saling menghakimi sesama manusia, yang muncul cuma karena ada faktor dimana orang lain itu dianggap bukan kelompok yang sepaham, orang lain itu seorang yang melakukan tindakan kejahatan.
Pernahkan anda mendengar atau membaca suatu filosofi unik dan aneh? Mengasihi dan mencintai musuh? Sesuatu yang ironi memang namun dibalik itu terkandung makna dalam bahwa dengan sikap ini seorang musuh akan menjadi teman, dengan sikap itu orang yang merencanakan kejahatan terhadap kita akan merobah sikap. Memang sulit diterapkan namun disitulah letak hikmah dibalik filosofi ini.
Saya tuliskan ini karena hal ini telah saya alami dalam hidup. Saya menjadi sahabat dan teman dari mereka yang menjadi orang terbuang, orang yang diisolir masyarakat karena mereka adalah orang yang pernah terhukum di penjara. Saya anggap mereka adalah sesama manusia yang juga ciptaan Tuhan, memiliki hati dan akal seperti kita, Bagi seseorang yang pernah dihukum dan dipenjara dan sadar akan kesalahannya adalah justru prilakunya akan lebih baik dengan orang yang belum pernah masuk di penjara.
Sebagai sesama manusia kita harus memiliki kesadaran hakekat bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna dan tidak pernah melakukan kesalahan walaupun kecil dan sedikit. Kesadaran inilah yang membuat saya sadar bahwa manusia itu harus peduli dan harus saling berinteraaksi dan memotivasi agar tidak melakukan kejahatan yang membahayakan kehidupan orang lain.
Hilangkan sikap membenci sesama manusia namun upayakan untuk menyayangi dan mencintai sesama manusia seperti kita mencintai diri kita sendiri. Tidak ada gunanya membenci karena itu merusak diri kita sendiri. Sikap membenci merusak komponen yang ada di tubuh kita yang akan menyebabkan hati dan pikiran kita jadi rusak.
Tulisan ini bukan bermaksud menggurui namun petiklah sesuatu yang mungkin bermanfaat dalam kehidupan kita yang hanya sementara di dunia ini. Saya ingat pesan almarhum Prof Ronny Tangkudung,mantan rektor unsrat/ mahaguru saya yang secara pribadi pernah mengatakan pada saya;"Hendaklah ke seluruh penjuru mata angin itu jadi BERSAUDARA" artinya jadikan semua orang itu saudara dan keluarga agar dimanapun engkau pergi dan berada, anda tidak akan merasa takut karena disana ada saudaramu yang akan ikut menjagamu.
Bagaimana teman teman kompasianer di K, apakah anda masih ada rasa membenci? Lepaskan itu dan ganti dengan rasa menyayangi karena hidup itu lebih indah bila kita ada rasa saling menyayangi satu dengan yang lain. Dengan sikap itu berarti kita melakukan: menghargai sesama manusia!!!
Salam Damai. Salam Kompasiana.
Manado, 27 September 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H