Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cuci Gudang

3 Juli 2015   02:14 Diperbarui: 4 April 2017   17:02 3516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  

ilustrasi cuci gudang (sumber:katalogpromosi.com)

Cuci gudang adalah istilah yang lazim kita temukan dalam dunia promosi barang. Saya tidak tau persis kapan istilah ini muncul dalam dunia perdagangan namun yang pasti istilah ini sering muncul dan terlihat dalam iklan produk barang. Umumnya barang-barang yang di promosi lewat cuci gudang ini pakaian, sepatu, tas, handphone.

Apalagi pada saat menjelang hari raya kalangan umat beragama di tanah air kita dapat melihat pengumuman di toko-toko tertentu ada tertulis "Cuci Gudang". Dengan pesatnya perkembaangan teknologi saat ini, promosi cuci gudang barang tertentu dapat di temui secara online.

Seandainya kita menelusuri istilah "cuci gudang" diartikan membersihkan gudang. Bukan karena gudang telah kotor namun karena gudang ini telah menumpuk barang jualan yang belum terjual. Belum terjual mungkin karena stok terlalu banyak sedangkan pembelinya kurang.

Barangkali juga disebabkan karena model barangnya yang telah kadaluwarsa dan tidak di gemari atau di sukai konsumen pembelinya. Mungkin juga menjadi trik pedagang atau penjual agar pembeli dengan melihat adanya pengumuman "cuci gudang" segera mampir untuk melihat-lihat dan tertarik untuk membelinya.

Biasanya barang yang diberi lebel "cuci gudang" harganya agak miring dan lebih murah dari barang yang sama. Dengan lebel "cuci gudang" ini semua orang tau barang tersebut dijual murah sehingga para pembeli akan lebih menghemat uangnya dan dapat menyisihkan uang membeli barang yang lain.

Mungkin diantara kita juga ada yang pernah mampir di toko yang mencantumkan pengumuman "cuci gudang"? Bisa dijawab ya dan bisa juga tidak. Yang jelas istilah "cuci gudang" ini menjadi tren disaat-saat seperti sekarang ini ketika jelang hari raya idul fitri. Ketika membuka laptop di kompasiana ini, saya melihat ada iklan cuci gudang ramadhan dari produk barang tertentu yang dibutuhkan masyarakat di hari lebaran tahun ini.

Nah, sampai saat menulis artikel ini saya belum tau kapan dan siapa yang pertama kali menemukan trik penjualan dengan promosi iklan "cuci gudang". Dalam hati saya salut kepada penemunya karena strategi bisnis yang cukup berhasil agar barang yang di jual akan laris adalah dengan trik lebel "cuci gudang". Belum ada kajian ilmiah pengaruh promosi lewat "cuci gudang" terhadap keuntungan pedagang. Mugkin ada yang berminat menelitinya secara ilmiah. Silahkan saja.

Dalam kehidupan ini kita hanya biasa menemukan istilah sehari-hari tentang "cuci" yaitu cuci tangan, cuci kaki, cuci muka/wajah, cuci badan, cuci rambut, cuci mobil, cuci pakaian dan lain-lain. Kadang juga kita gunakan istilah "cuci mata" atau "cuci otak".Seandainya kita mampir di toko yang bertuliskan "cuci gudang" dan kita lupa membawa uang lebih di kantong atau dompet, ya artinya kita hanya dapat "cuci mata" saja.

Seandainya kita alihkan sejenak pikiran kita ke istilah "cuci gedung" bukan "cuci gudang" maka bagaimana kalau seandainya dalam suatu gedung ada kelompok orang yang sejatinya harus menjalaankan tugas pokoknya dengan baik, mereka hanya datang, duduk, diam, dengar, debat, dengkur namun dapat duit, apakah perlu ada istilah "cuci gedung"? Rasanya bisa dijawab ya atau tidak.

Melaksanakan "cuci gudang" hampir sama "cuci gedung" namun berbeda dalam situasi dan kondisinya. Mari kita renungkan bersama maknanya.

Salam Damai. Salam Kompasiana.

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun