Saya bukan politikus. Saya orang awam. Namun saya memiliki otak dan hati untuk mengemukakan opini. Mencermati persoalan-persoalan dinamika perpolitikan di tanah air agak menarik juga. Seperti menonton permainan catur. Pantas sering di dengar istilah "percaturan politik". Agaknya dunia perpolitikan di negeri kita sama dengan bermain catur. Setiap pemain melangkahkan buah caturnya dengan taktik dan strategi bermain dengan harapan akan memperoleh kemenangan. Setiap pemain berusaha ingin mengalahkan lawan dengan caranya sendiri. Seorang pemain akan bermain posisi atau sistem menyerang dikenal dengan istilah "permainan tertutup" atau "permainan terbuka". Pada dasarnya setiap pemain memiliki ciri khas gaya permaainannya dan itu perlu dipahami oleh kita sebagai penonton.
Nah akhir akhir ini kita diperhadapkan dengan situasi permainan politik tingkat grandmaster di panggung nasional. Terjadi kemelut pada partai politik yang dulunya besar dan kini terpecah-pecah karena terjadi perebutan kekuasaan di dalam tubuh partai. Inilah dinamika politik ke partaian di negeri ini. Tidak ada yang abadi dan lestari. Semua berupaya untuk eksis sebagai partai yang berkuasa. Karena aturan main yang berlaku siapa yang menjadi ketua umum partai akan memiliki peluang besar menjadi pemimpin nasional atau kepala negara. Jadi wajarlah kalau dinamika ini menjadi seuatu yang jadi sasaran figur calon pemimpin bangsa.
Usai MUNAS PDIP di Bali memunculkan tanggapan yang menarik dari berbagai kalangan pengamat. Munculnya istilah "pengurus partai" juga menjadi sorotan publik. Ditambah lagi dengan adanya statement pimpinan partai yang cukup keras dimana yang tidak mau jadi pengurus partai silahkan keluar. Menambah deretan tanggapan yang menarik dari berbagai kalangan pengamat. Bahkan disana terjadi sesuatu yang membuat sekelompok orang kecewa karena Presidennya dianggap di remehkan sebagai seorang Kepala Negara dan hanya disebut "pengurus partai".
Saya sebagai orang awam menyayangkan peristiwa ini terjadi. Sebagai warga negara tentu kecewa melihat figur kepala negara diperlakukan demikian. Seyogyanya sikap saling menghormati dan menghargai orang lain itu perlu di tumbuh kembangkan dalam prilaku anak bangsa. Sebuah negara yang mewarisi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila maka kita perlu kedepankan sikap perilaku yang baik itu dimanapun kita berada.
Namun disisi lain, saya menyadari bahwa kita perlu juga memahami akan sistem dan ciri khas sebuah kelompok masyarakat yang tergabung dalam suatu wadah yang disebut partai politik. Secara pribadi saya salut terhadap partai politik PDIP yang dibawah kepemimpinan Ibu Megawati Sukarno Putri. Partai ini memilki ciri khas yang tidak dimiliki partai politik lain di negeri ini. Sebuah partai yang pro rakyat sehingga istilah "akar rumput" ini begitu meluas sampai ke pelosok negeri. Kekuatan masanya begitu kuat dan militan. Yang menarik juga hingga kini partai politik ini tetap eksis di tengah-tengah pergulatan partai politik di negeri ini. Semua ini tidak lepas dari peranan Ibu Mega yang layak disebut "wanita besi" ini.
Pada hemat saya, ungkapan atau ucapan yang dilontarkan beliau di MUNAS Bali merupakan ungkapan orang tua kepada anak-anaknya. Partai besar ini punya ciri khas terciptanya rasa kekeluargaan yang tinggi diantara mereka dan ini tercipta cukup lama dan perlu kita hargai. Ini merupakan ungkapan dan urusan rumah tangga partai yang khas dan hendaknya tidak perlu di gembar gemborkan terlalu jauh. Ini urusan rumah tangga intern partai harus dipahami bersama. Jadi, hal ini sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Cukup diketahui dan biarlah itu terjadi karena kitapun perlu menghargai dan menghormati urusan intern partai yang punya ciri khas dan identitas tersendiri.
Nah. semoga kita dapat mengekang diri dan mampu menahan diri agar setiap opini kita tidak akan berdampak negatif terjadinya perpecahan diantara kita sebagai sesama bangsa dalam keluarga besar Bangsa Indonesia. Yang utama dalam diri kita, tanamakan rasa cinta tanah air...cinta sesama sebangsa dan se tanah air yaitu INDONESIA. Tanamkan sikap dan prilaku dengan jiwa besar dan menghargai urusan rumah tangga partai masing-masing agar walaupun kita berbeda partai namun kita adalah satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H