Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Healing, Touring ke Kebun

5 Juli 2023   06:25 Diperbarui: 5 Juli 2023   15:43 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Koleksi pribadi

"Bisa begitu ya?"
"Iya, Pak."

Mobil terus melaju pelan-pelan sampai di pertigaan Arcamanik di sekitar Lapas Sukamiskin. Laju kendaraan terhenti. Bukan karena ada lampu merah, tetapi Pak Ogah atau dikenal dengan polisi cepek sedang mengatur lalu lintas. Mereka mendahulukan yang membelok ke Arcamanik karena berharap dapat saweran uang receh akibatnya kendaraan yang mau lurus jadi terhambat.

"Di halaman Lapas itu banyak parkir mobil mewah, ya Pak." kawan karibku berseloroh sambil jarinya menunjuk ke arah jejeran parkir mobil di halaman gedung bui itu.

"Iya, Pak. Mereka mungkin keluarga tahanan yang sedang bezuk." timpalku.
"Di lapas khusus koruptor, keluarganya yang bezuk pun masih pake mobil mewah. Apa tidak disita ya?"
"Boleh jadi itu mobil rental Pak."
"Hehehe...hihi...!" tawa kami pun pecah.

Mobil melaju lagi. Di pertigaan Pasirimpun sedikit tersendat, banyak kendaraan keluar masuk komplek perumahan. Makin banyak dibangun pemukiman di kawasan perbukitan itu.

"Di depan sana kita akan berbelok ke kiri Pak" aku memberi tahu ketika hampir sampai di pertigaan Jalan Sindanglaya.

"Kok rame sekali di sana tampaknya, ada apa itu?" tanya kawan karib.

"Tidak ada apa-apa, hanya gerombolan tukang ojek yang sedang menunggu langganan Pak." jawabku.

Di pertigaan itu sejak lama digunakan sebagai pangkalan ojek sepeda motor. Mereka memenuhi dua sisi jalan sekaligus. Satu sisi dipake parkir antrian sepeda motor berderet dari pintu gerbang pertigaan sampai ke belakang. Di sisi lain, di seberangnya di pinggir jalan yang dipasang atap dari seng, pengemudi ojek pangkalan itu bergerombol. Ada yang main karambol, main catur, kartu domino atau sekadar duduk merokok dan minum kopi. Ada juga yang duduk menyender di bangku kayu, mengantuk.

"Kok masih ada ojek pangkalan, gimana bisa bersaing dengan ojol, ya Pak?"

"Mereka tidak bersaing Pak. Di situlah pertemuan ojol dengan opang."
"Oh, jadi mulai dari situ penumpang ojol beralih ke opang, ya Pak?"
"Bukan, sepertinya bukan begitu. Bukankah dalam kondisi normal ojol gak boleh nurunin penumpang di perjalanan?"
"Iya, ya,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun