"Kami diminta untuk memaafkan" kata Pak Djung.
"Bapak dan ibu bisa rasakan sendiri kami sangat wellcom dengan orang asing termasuk kepada warga Amerika yang mau berkunjung ke Vietnam" ia menambahkan.
Kata-kata Pak Djung tentu bukan isapan jempol, suasana keamaman yang kondusif mendorong investasi asing terutama dari Korea, Jepang, Taiwan deras mengalir ke Vietnam. Industri-industri besar banyak dibangun di Vietnam. Begitu juga sarana insprastruktur dan akomodasi banyak dibangun. Vietnam telah menjadi negara padat modal. Hotel berbintang dan apartement mewah kini mulai menjamur di Vietnam. Gedung pencakar langit pun seperti berlomba saling meninggi. Saat ini Vietnam menduduki salah satu negara yang terpesat pertumbuhan ekonominya.
"Kami negeri sosialis, tetapi yang tampak dalam praktek sehari-hari sudah sangat kapitalis. Untuk menghancurkan komunisme sepertinya tidak harus diperangi secara fisik, jaman akan menggilasnya. Saat ini saja paham sosialis atau komunisme di seluruh penjuru dunia sudah runtuh." kata Pak Djung lagi.
Aku ingin belajar dari bangsa Vietnam, bangsa yang memaafkan. Kadang memaafkan orang yang telah melukai itu jauh lebih perih dari luka itu sendiri. Tetapi, harus disadari bahwa tak ada yang paling membebaskan daripada saat memutuskan untuk memaafkan.
Terima kasih Pak Djung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H