Mohon tunggu...
Johan Hariyanto
Johan Hariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aktif blogging di trotoarsukowati.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budayakan Ontime

22 Desember 2012   09:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:12 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lagi. Pagi ini saya dapat titipan artikel dari teman. Topiknya menarik, semua pasti pernah mengalaminya. Saya doakan teman saya ini segera membuat akun sendiri di kompasiana. Selain menambah disiplin menulis juga tidak memenuh-menuhi akun saya ini. hehe. Just kidding prend. Keep Fighting !!! Learn, Action and Share. "

-Johan Hariyanto

Kebanyakan dari orang, saya yakin mereka semua sepakat, bahwa menunggu itu sangat menjenuhkan. Dan kebanyakan teman-teman dari mereka pasti saran yang mereka rekomendasikan pasti “sabar dong, mungkin masih dijalan”. Nah, begitulah fenomena yang terjadi di Indonesia tercinta ini, dimana molor menjadi suatu kebudayaan yang harusnya datang jam tujuh akan tetapi dengan sengaja baru sampai  dilokasi jam setengah delapan. Kemudian salah siapa ini? Jangan terlalu terburu-buru menyalahkan orang lain dulu, mari kita instropeksi diri kita terlebih dahulu apakah kita sering terlambat? Apakah kita selalu ontime dengan janji-janji kalian? Dan apakah ketika anda mengadakan suatu acara anda memulai sesuai dengan jadwal? Silahkan jawab pertanyan tersebut maka kalian akan mengetahui mengapa molor menjadi budaya baru di Indonesia.

Mari kita gali lebih dalam lagi mengapa molor menjadi budaya di Indonesia tercinta ini, karena saya yakin ada asap pasti ada api. Sebelumnya pernahkan anda semua menghadiri suatu acara kemudian anda sudah datang lima menit sebelum acara dimulai namun pada akhirnya acara tersebut malah molor hingga 30 menit sehingga mengharuskan untuk menunggu agak lama? Jika anda pernah, apakah yang akan anda lakukan, jika anda mendapatkan undangan serupa? Jawabannya pasti anda tidak akan datang lima menit sebelum acara dimulai atau setidaknya ontime, akan tetapi anda malah sengaja datang 30 menit lebih dari yang seharusnya misalnya undangan jam tujuh anda sengaja datang jam setengah delapan, karena beranggapan acaranya nanti juga pasti akan molor, bukan begitu? Kemudian mengapa ada suatu acara yang harusnya acaranya jam sembilan harus dimulai, namun harus diundur hingga setengah jam kemudian? Jawabannya tidak lain adalah karena peserta yang diundang belum memenuhi target. Nah sekarang pasti anda sudah paham mengapa molor menjadi budaya, bukan?

Mengilangkan budaya molor atau tidak ontime di Indonesia tercinta ini adalah sesuatu yang sulit, namun jika kita semua sudah mengetahui apa yang menjadi penyebabnya maka kita kan mudah menghilangkan kebudayaan molor tersebut. Jika ada asap pasti ada api, maka agar api tidak segera menjalar yang harus kita lakukan adalah mematikan api tersebut, bukan? Nah untuk menghilangkan budaya molor tersebut mari kita sama-sama melakukan dari kita seindiri, karena bukankah semua itu berawal dari diri kita sendiri? Sebagi orang orang yang mendapat undangan kita harus datang ontime sehingga panitia tidak akan menunggu hingga target peserta undangan terpenuhi, dan acara berjalan sesuai dengan jadwal, setuju?  Begitu juga dengan panitia yang mengundang, mereka harus konsisten dengan apa yang telah ditentukan yaitu dengan memulai acara sesuai jadwal yang tertera dalam undangan meski pesertanya masih sedikit. Hal ini setidaknya akan membuat orang yang sudah datang ontime akan terus datang ontime dan orang yang suka molor datangnya merasa dirinya terlambat dan tidak akan mengulanginya lagi. Sehingga fenomena budaya molor ini tidak mendarah daging lagi di negeri kita tercinta ini.

Mari kita sama-sama bergerak untuk memanfaatkan waktu seoptimal mungkin dengan budaya ontime. Menjadikan budaya molor saja bisa kenapa kita tidak bisa menjadikan budaya ontime? Salah satu caranya adalah dengan memunculkan budaya ontime, karena dengan munculnya budaya ontime insyaALLAH,  yang namanya molor lama-lama juga punah, namun demikian saya juga tidak  yakin seratus persen semua orang juga akan menjadi ontime karena pada dasarnya orang datang terlambat bukan hanya karena sudah menjadi kebiasaannya, melainkan ada factor lain yang menyebabkan dia terlambat. Mungkin ada suatu alasan yang mengharuskan seseorang mengharuskan datang terlambat seperti mendapat suatu halangan dan lain sebaginya,  namun itu hanya beberapa saja, tidak akan seperti saat ini. Hampir semua molor termasuk panitianya juga ikut-ikutan datang molor. (nyindir).

Nah kapan kita memulai budaya ontime? Ingat 3M nya AA Gym, bukan 3M iklan yang ada dipuskesmas itu, yang menguras, menutup dan mengubur (iklan untuk menghentikan mata rantai nyamuk penyebab demam berdarah) akan tetapi Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai dari sekarang juga.

Sekali lagi mari kita terus bergerak membudayakan budaya ontime dengan mulai dari diri sendiri jangan menyuruh orang lain untuk ontime sedangkan kita masih molor terus. Kemudian memulai dari hal yang kecil, misalnya kita selalu datang ontime waktu kuliah walaupun bukan rahasia umum jika kebanyakan dari dosen datang terlambat, meski ada beberapa dosen juga yang datangnya sangat ontime, dan dosen yang begitulah yang harus kita contoh bukan yang sering molor, setuju? Kemudian mulai dari sekarang jangan menunggu besok apa lagi menunggu sampai lusa keburu jamuran dan dikerubutin laler, hehehehe,

Sekian dari saya, disini saya juga baru proses tahap belajar untuk membudayakan ontime terutama pada diri saya sendiri, namun tidak ada salahnya jika saya juga ikut berbagi dengan banyak orang. Karena dengan begitu kita semua juga bisa belajar bersama untuk membudayakan ontime. Mari terus bergerak untuk membudayakan ontime. Terima kasih

“Janganlah kamu menurunkan kualitas, integritas dan standar hidupmu dengan datang terlambat, karena kamu tahu kebanyakan dari orang datang terlambat, namun jadilah pioner untuk menjadikan budaya ontime (Anonim)”

(Oleh: Riki Sholikin, Twitter @Rickyyy_23)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun