MERTOYUDAN - Kehidupan sebagai seorang seminaris di Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang tidaklah hal yang mudah. Terlebih bagi para seminaris Tingkat satu, karena mereka harus mau menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal baru. Saya sebagai orang baru di seminari Mertoyudan. Jujur merasa sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orang yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Di tempat ini saya diajarkan untuk hidup selibat, saling menerima satu sama lain, menghayati setiap pengalaman yang telah di lalui. Seminari ini membawa saya kepada perubahan dari segi rohani, kesehatan, dan pendidikan. Sebagai contoh dari aspek kerohanian, tempat ini membuat saya menjadi semakin mencari Tuhan dan merasakan kehadirannya. Saya sebagai seorang Katolik yang pada mulanya jarang melakukan hal-hal berbau kerohanian. Sekarang mau tidak mau saya lakukan walau awalnya malas namun semakin lama akan tumbuh iman dan kecintaan akan Tuhan.
Seminari ini memang tidak memperbolehkan kami para seminaris menggunakan alat elektronik pribadi  seperti ponsel yang hanya dapat dititipkan sebagai umat non Keuskupan Agung Semarang. Walau begitu banyak hiburan yang dapat kami lakukan karena fasilitas yang memadai. Hiburan kami ialah perpustakaan karena selain membudayakan literasi itu juga dapat menjadi sarana hiburan dan pengetahuan. Hal yang dapat kami lakukan selain membaca sebagai hiburan ialah berolahraga selain dapat meningkatkan kesehatan ini dapat dijadikan sarana bermain dan meningkatkan solidaritas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H