Kebahagiaan seperti apa yang belum ibu dapatkan?
Bukankah dinikahi dan dinafkahi seorang lelaki adalah kebahagiaan yang didambakan semua wanita di dunia ini? Bukankah ibu sudah mendapatkan itu, lalu mengapa ibu mencari kebahagiaan pada laki-laki lain? Bukankah melahirkan dan membesarkan kami anak-anakmu membawa kebahagiaan tak ternilai bagi seorang ibu? Bukankah canda tawa sambil bercerita bersama ayah saat menikmati masakan ibu di meja makan adalah kebahagiaan yang dinanti-nantikan semua keluarga? Bukankah pergi dan pulang gereja bersama merupakan kebahagiaan yang ingin dilakukan semua orang? Bukankah menemani kami bertumbuh besar dan menjadi sukses impian terbesar semua orang tua terutama oleh ibu? Bukankah berkumpul bersama ayah ibu dan anak-anak di rumah adalah kebahagiaan yang diinginkan semua orang yang telah kehilangan orang tua atau anak-anaknya? Jika semua hal tersebut adalah kebahagiaan yang dicari semua wanita, lantas mengapa ibu masih melakukan hal tidak beretika itu? Mengapa? Kebahagiaan yang seperti apa yang belum ibu dapatkan.
Â
Banyak wanita di luar sana berharap bisa mendapatkan pasangan untuk dinikahi dan dinafkahi serta menikmati indahnya hidup berkeluarga tetapi belum kesampaian, lalu mengapa ibu menghianati janji suci yang ibu katakan kepada ayah? Â Banyak keluarga di luar sana yang berharap bisa makan bersama sambil bercerita dan tertawa bersama namun tidak terwujud karena keterbatasan ekonomi dan relasi yang tidak harmonis. Lalu mengapa ibu tidak bersyukur untuk apa yang telah dimiliki keluarga kita? Banyak keluarga yang ingin menikmati kebahagiaan pergi dan pulang gereja bersama orang-orang tercinta tetapi tidak bisa karena beberapa persoalan sehingga tidak pernah merasakan hal itu. Lalu, mengapa ibu tidak bisa melihat berkat melimpah yang dianugerahkan Tuhan kepada keluarga kita? Mengapa melakukan hal buruk itu? Tahukah ibu betapa kecewanya saya sebagai anak ketika menyaksikan langsung perbuatan ibu tersebut? Di manakah letak hatimu sebagai seorang wanita yang menjalani hidup dengan penuh perasaan? Di mana letak cinta keibuanmu kepada kami yang katanya cinta ibu sepanjang masa? Jika ibu mencintai kami mengapa ibu sampai hati melakukan hal itu?
Remuk Hati Suami karena Perilaku Isterinya
Rasa kecewa itu juga sangat menikam hati seorang suami yang telah begitu banyak berkorban hanya untuk kebahagiaan istri dan anak-anaknya. Namun, balasan yang diterima dari istri sungguh mengiris jiwa. Walaupun telah berteriak berkali-kali disertai dengan air mata yang tiada hentinya mengalir namun dada itu tetap sesak. Seakan ingin membelah dadanya sendiri agar tekanan berat itu bisa berakhir. Rasa malu menghujani otaknya karena telah gagal menjadi seorang ayah sekaligus suami karena tidak bisa membina istrinya. Keluarganya telah hancur dan menjadi buah bibir orang. Lalu apa yang bisa dilakukannya untuk bisa mengharumkan nama keluarganya? Tidak ada. Pahatan kenangan buruk ini telah menjadi sejarah kelam keluarganya. Ia hanya bisa menerima semuanya dengan lapang dada dan berharap Tuhan memberinya kekuatan untuk bisa melewati peristiwa kelam ini. Lantas di manakah perasaanmu sebagai seorang wanita atau seorang ibu? Itukah perbuatan yang pantas kau berikan kepada suamimu?
Isi Hati dan Pikiran Keluarga/Umat/Rekan kepada Gembalanya (Romo)
Betapa bahagianya keluarga, umat dan rekan-rekan sepanggilan ketika menyaksikan seorang pemuda yang gagah dan pemberani menerima tahbisan suci menjadi imam. Dari lubuk hati yang paling dalam kebahagiaan itu menggebu-gebu ingin rasanya meneriakannya kepada seluruh dunia supaya mereka tahu. Ayah ibu dan sanak saudaramu adalah mereka yang paling bahagia dan hadir mengikuti setiap proses panggilan hidupmu sebagai seorang gembala. Mereka sangat bersyukur kepada Tuhan akan pilihan yang telah engaku putuskan untuk menjadi imam. Mereka menjadi orang paling dihargai di desa kelahiranmu. Bahkan orang-orang sekampungmu yang mampir di rumah keluargamu berbagi cerita dan canda tawa tentang dirimu yang baik di mata mereka. Umat yang kau layani di paroki selalu menyalami dan mengucapkan terima kasih atas berkat yang kau berikan kepada mereka. Mereka mengikuti Perayaan Ekaristi Kudus yang engkau pimpin dan mendengarkan kotbahmu yang kadang lucu, garing, dan monoton. Tetapi mereka tidak menghiraukan itu karena mereka mencintai Yesus Kristus yang ada pada dirimu.
Rekan seperjuanganmu dan para imam senior juga bahagia ketika menyaksikan dirimu ditahbiskan. Mereka bangga karena selama ini berjuang bersama, saling menguatkan dan mengingatkan untuk tetap bertahan dalam berbagai tantangan. Â Para imam senior bangga bahwa mereka telah berhasil mendidik dan membinamu menjadi pribadi yang matang dan siap menjadi penerus mereka yang telah usia senja. Namun, semua kebahagiaan itu kini telah berubah. Keluargamu tidak tahu harus berbuat apa dan tidak tahu bagaimana mereka harus bersikap ketika bertemu orang-orang di sekitar mereka setelah mendengar peristiwa yang engkau ukir. Mungkin orang-orang sekampungmu tidak secara langsung mengatakan keburukanmu di depan keluargamu tetapi dari sikap mereka saja pasti sudah ketahuan. Umat yang dulu antusias mendengarkan kotbah tentang bagaimana menjadi pribadi yang baik di hadapan sesama dan Tuhan kini mereka hanya terdiam melihat sikapmu tersebut. Atau keluarga yang dulu engkau nasihati dan beri saran karena persoalan yang sedang mereka hadapai kini mereka terpaku membisu melihat pribadi yang selalu menjadi panutan melakukan hal tersebut.
Secara lahiriah setiap manusia memiliki kelemahan karena dorongan keinginan daging yang begitu hebat. Namun, apakah itu menjadi alasan untuk melakukan hal tersebut? Jika demikian maka saya pikir dunia ini akan porak poranda karena setiap manusia dalam dirinya selalu ada dorongan kedagingan yang membuat orang untuk melakukan hal tidak senonoh. Bukan hanya itu tetapi bisa saja terjadi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, penindasan, dan lain halnya yang berkaitan dengan kedagingan.Â
Untuk itu, kepada para biarawan/biarawati, semoga Tuhan menguatkan kalian dalam berbagai cobaan yang kalian hadapai. Jika tidak merasa akan runtuh karena godaan, ingatlah keluargamu, umatmu, dan rekan-rekanmu. Mereka bangga melihat kalian menjadi salah satu pewarta Kabar Gembira Allah. Mereka menaruh harapan yang besar pada kalian semua untuk selalu mendoakan dan mengarahkan mereka dikala susah dan menyimpang dari jalan yang benar. Mereka percaya bahwa mereka memiliki biarawan/biarawati yang setia dan taat pada perintah Tuhan. Dan yang terakhir hargai dirimu sendiri karena perjuangan yang engkau lalui untuk sampai pada titik sekarang bukanlah hal yang mudah. Butuh kekuatan dan keberanian yang tak terbilang untuk bisa melangkah sejauh ini. Banggalah dengan dirimu yang taat dan setia pada jalan yang benar. Jangan biarkan kenikmatan beberapa menit menghacurkan dirimu dan harapan semua orang yang selama menaruh kepercayaan padamu.