Mohon tunggu...
Johanes KrisostomusLamsihar
Johanes KrisostomusLamsihar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Terus mengumpulkan ilmu menarik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggalang Dana dalam Resesi 2023

6 Januari 2023   04:00 Diperbarui: 6 Januari 2023   03:59 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Prediksi resesi ekonomi tahun 2023 telah menjadi sebuah topik yang hangat diperbincangkan dalam tahun 2022 silam. Organisasi-organisasi perekonomian dunia seperti IMF telah menyuarakan peringatan terhadap resesi ekonomi global yang akan melanda sepertiga dunia termasuk para raksasa-raksasa ekonomi seperti AS, Uni-Eropa, dan Cina. 

Seberapa besar dampak dari resesi ini terhadap perekonomian Indonesia telah diperdebatkan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat kemungkinan Indonesia dapat mengalami stagnasi atau kemunduran ekonomi yang dapat terus melemahkan perekonomian Indonesia pasca wabah COVID-19 tahun 2020. 

Dalam skenario terburuk, akan terjadi krisis ekonomi dalam negeri yang menyebabkan penurunan pendapatan dan kelemahan dari sumber daya ekonomi dalam masyarakat. Hasilnya. keuangan dari banyak orang akan semakin mengetat dalam upaya untuk menghadapi lingkungan ekonomi yang tidak ideal.

Hal ini membawa sebuah dilema bagi lapangan penggalangan dana. Jika ekonomi masyarakat menurun, maka jumlah donasi dan donatur akan semakin berkurang yang dapat menyebabkan penipisan dari biaya untuk kegiatan dari organisasi penggalang dana. Berarti, akan banyak organisasi nirlaba yang bergantung pada donasi sukarela akan terpukul dalam pembiayaan. Hal ini berpotensi memaksa organisasi-organisasi tersebut untuk menghentikan kegiatan atau menggulung tikar secara keseluruhan. Ini menjadi sebuah ancaman besar terhadap sektor non-profit yang dan mungkin saja telah menjadi kekhawatiran bagi banyak pengelola organisasi-organisasi di seluruh dunia. Meskipun prospek ini mengkhawatirkan, hal ini bukan berarti para penggalang dana harus berputus asa. 

Kita harus melihat kembali apa yang menjadi tujuan dari penggalangan dana/fundraising itu sendiri. Umumnya kebanyakan orang berpikir tujuan penggalangan dana hanyalah untuk mengumpulkan dana sesuai dengan target capaian untuk dipakaikan sebuah organisasi. Meskipun hal ini benar, tetapi penggalangan dana juga memiliki tujuan untuk menimbulkan rasa simpati dari orang-orang sekitar kepada jasa organisasi tersebut dalam menghadapi sebuah masalah yang ditangani. 

Rasa simpati inilah yang menjadi alasan kenapa seseorang ingin mendonasikan sejumlah uang mereka atau bahkan ingin berpartisipasi langsung dalam menghadapi masalah yang ditangani oleh organisasi

 Untuk menimbulkan simpati ini, ada sebuah pesan yang digunakan untuk menjelaskan sebuah masalah dan bagaimana organisasi hadir untuk menanggulangi masalah tersebut dimana seseorang dapat peduli terhadap keberadaan masalah serta mempercayai kemampuan organisasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Rasa simpati dan empati manusia pastinya tidak akan hilang hanya karena adanya resesi ekonomi, dari sinilah para penggalang dana menumpukan kampanye mereka. 

Pastinya dalam resesi ekonomi modal yang ada akan semakin menyempit sehingga kampanye yang dilakukan tidak bisa menggunakan banyak sumber daya, ditambah lagi kemungkinan organisasi juga akan mengurangi pengeluaran dalam kegiatan. Penggalang dana harus beradaptasi dengan keterbatasan ini melalui introspeksi dari pesan yang digunakan dalam kampanye. 

Masyarakat pasti akan semakin tidak segan dalam mengeluarkan biaya dan usaha sehingga pesan yang disampaikan harus memberikan argumentasi yang kuat terhadap urgensi masalah yang ada dan peran organisasi yang kuat dalam menghadapi masalah ini. Pesan yang kuat akan memikat donor-donor baru serta menjaga donor-donor lama untuk setia dalam memberikan bantuan kepada organisasi.

Kampanye penggalangan dana disini meskipun akan menjadi lebih minim dalam modal, tetap harus dapat menggambarkan pesan yang telah dibuat kepada masyarakat secara efektif. Internet menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan pesan ke sebanyak-banyak orang sambil menghemat biaya. Kita bisa lihat dari kesuksesan situs seperti Kitabisa.com dalam menggalang dana dalam skala kecil dan besar serta situs-situs lain yang melakukan bentuk crowdfunding dalam menggalang dana. Crowdfunding dapat menjadi solusi efektif dalam mengumpulkan biaya dari banyak donatur, tetapi penggalang dana juga dapat melakukan strategi yang lebih dekat dengan jumlah donatur yang lebih sedikit tapi bersedia untuk memberikan lebih banyak.

Merencanakan strategi kampanye akan menjadi sebuah hal yang menjadi semakin penting dalam kondisi resesi ekonomi. Dengan dana yang terbatas, kampanye tidak bisa membuang-buang uang dalam hal yang tidak dapat bekerja terhadap orang-orang yang tidak bersedia untuk peduli sehingga penggalang dana harus menganalisis terdahulu masyarakat untuk menemukan "sumur-sumur" yang tepat untuk ditimba. 

Analisis ini bertujuan untuk mencari demografi yang memiliki kemungkinan besar dalam peduli terhadap permasalahan yang organisasi hadapi dan tidak akan segan mengeluarkan biaya untuk berdonasi. 

Selain mencari keluar, organisasi juga menstrategikan cara untuk menjaga kesetiaan donatur lama untuk tetap berdonasi kepada organisasi karena donatur-donatur ini dapat menjadi satu-satunya sumber biaya yang ada jika kondisi ekonomi menjadi semakin memburuk. Perlu disebutkan juga bahwa donasi tidak hanya berupa uang, para donatur dapat memberikan hal lain dari barang atau bahkan aksi secara langsung untuk membantu organisasi sehingga kemungkinan bentuk donasi yang tidak lazim ini dapat muncul. Tapi, terlepas dari strategi-strategi ini para penggalang dana harus sadar terhadap bagaimana resesi ekonomi dapat mempengaruhi perekonomian para donatur dan memiliki ekspektasi yang realistis terhadap jumlah bantuan dan biaya yang mungkin didapatkan.

Memang resesi ekonomi akan menyebabkan kemunduran dalam sektor nirlaba atau bahkan menyebabkan banyak dari organisasi-organisasi nirlaba untuk tutup secara massal. Mengantisipasi hal ini, organisasi-organisasi akan terpaksa untuk mengurangi kapasitas kegiatan mereka termasuk penggalangan dana dalam upaya untuk bertahan secara finansial. 

Organisasi serta penggalang dana harus memiliki pemikiran "state of emergency" dalam menghadapi resesi ekonomi buruk sehingga ditekankan kembali bahwa organisasi dan para penggalang harus memiliki ekspektasi yang realistis terhadap keuangan mereka. Meskipun resesi ekonomi membawa kemungkinan yang menakutkan, organisasi-organisasi nirlaba pasti akan tetap ada selama permasalahan di masyarakat masih ada. Pada akhirnya, resesi ekonomi akan berlalu dan organisasi nirlaba akan bertumbuh kembang lagi. 

Tulisan ini ditulis dalam rangka pemenuhan Ujian Akhir Semester mata kuliah Fundraising Prodi Kesejahteraan Sosial Universitas Padjajaran.

2. Dr. Arie Surya Gutama (arie@unpad.ac.id)

3. Dr. Maulana Irfan (maulana.irfan@unpad.ac.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun