Mohon tunggu...
Johanes Raywilliam
Johanes Raywilliam Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Belum bekerja

Hobi saya membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Capres Instan ala Taufik

9 Oktober 2024   21:20 Diperbarui: 9 Oktober 2024   21:35 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu sore di warung kopi, Taufik duduk dengan gaya sok serius di depan teman-temannya. Hari itu, topik panas adalah keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengubah batas usia minimal calon presiden menjadi 35 tahun.

"Eh, kalian tahu nggak? MK baru saja kasih tiket gratis buat kita semua jadi capres," kata Taufik sambil menyeringai, matanya penuh kilatan licik.

Temannya tertawa kecil, tapi Taufik melanjutkan, "Ya, gimana nggak? Dengan umur minimal yang diturunin, sekarang capres tuh kayak mie instan---cepat saji! Bentar lagi, siapa pun yang baru selesai kuliah udah bisa daftar jadi capres. Asal punya modal followers banyak, udah deh, langsung jadi kandidat!"

Teman-temannya mulai tertawa sinis, tapi Taufik belum selesai. "Coba bayangin, bro! Aku aja yang baru selesai sidang skripsi udah mulai mikir mau jadi capres. Visi-misinya simpel: bikin kebijakan dari trending topic, dan kebijakan ekonomi lewat polling online! Rakyat ikut pilih, jadi pemerintah cuma tinggal duduk manis sambil hitung likes."

Pak Warno, si pemilik warung, yang biasanya cuma senyum-senyum, kali ini nimbrung. "Taufik, kalau nanti presidennya cuma anak muda yang lebih jago main TikTok daripada bikin kebijakan, kita semua tinggal tunggu waktu sampai negara ini jadi bahan candaan dunia."

Taufik tak mau kalah, "Tenang, Pak! Presiden muda kan selalu kreatif! Kalau negara krisis, tinggal bikin konten, terus minta donasi dari netizen. Problem solved!"

Seketika warung itu dipenuhi gelak tawa yang sedikit getir. Semua tahu, keputusan MK ini mungkin membuka peluang, tapi juga membuka pintu lebar-lebar untuk ambisi yang mungkin lebih besar dari

 kompetensi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun