Ketika tiba di jalan menurun dan menikung sebelum masuk kampung Opa Ande, kampung Nuamuzi,  saya semakin cemas. "turunkan gas, rem, rem, rem, Riyo" ulang saya beberapa kali. Riyo malah tertawa. Beberapa kali ia  menarik gas dan berseru "ngeng" diselingi suara tawa renyah tanda ia menikmati momen itu. Suasana latihan motor sore itu menjadi pantulan tersendiri. Tak masalah kalau pun ada sedikit cedera saat latihan yang penting tahu kuncinya. Latihan menjadi lebih rileks.  Kami berdua beberapa kali masuk ke sela-sela lubang jalan yang terkikis hujan. Tubuh kami terguncang-guncang. Saya panik tapi Riyo menikmati perjalanan latihan perdana sore itu. Lewat kaca spion saya melihat Om ady dan mobil Pick Up, melambat dari jauh,mengikuti kami.
Saat kembali ke Jakarta, Riyo sudah lancar mengendarai motor. Ia malah menggunakan motor besar milik bapaknya untuk mengantar ibunya. Saat liburan Natal ia kerap bercerita tentang kegiatan di sela-sela sekolahnya. "saya berlatih gitar juga rutin bermain bola kaki om" cerita Riyo saat itu. Lebih dari itu ia banyak mengisahkan rutinitasnya bersama Aldi, ponaan dari sepupu kami. "selain sepak bola rutin di lapangan, kadang bersama mas Al, kami nongkrong bersama tetangga" ujarnya sesaat setelah video call bersama Aldi.
"Riyo belum suka baca om, mungkin ada buku apa begitu biar Riyo bisa mulai suka membaca?" tanya bapaknya pada saya. Saat itu saya bingung menjawab pertanyaan berat ini. Saya ingat Socrates dari dua ribu tahun  lalu pernah bilang "hidup yang tidak dipertanyakan, tak pantas dihidupi" Orang cerdas ini hanya berpesan tentang refleksi. Membangun serentetan pertanyaan di kepala lalu berusaha menjawabnya sendiri.
Sebagaimana anak-anak yang penuh dengan pertanyaan alami di kepala, Memasuki masa remaja awal, Riyo sudah berani memutuskan banyak hal, termasuk salah satunya "kabur" sedikit jauh dalam latihan motornya. Masih ada banyak bentuk "kabur" sedikit jauh bahkan lebih jauh dari pandangan orang tua, lalu menemukan beribu pertanyaan baru. Lewat pertanyaan, Riyo  akan belajar berefleksi, dan menjumpai rumitnya kehidupan serta cara memecahkannya.
 Tidak ada anjuran membaca buku tertentu, biarlah sebuah buku menemukan pembacanya, kata  Gabriel Garca Mrquez (Gabo) di dalam karyanya berjudul Seratus Tahun Kesunyian. Selamat ulang tahun ke 13 Satrio Adeo Rafael Ruba, Ad multos Anos, selamat memasuki berbagai latihan baru menemukan diri menuju kedewasaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI