Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Latihan Motor Riyo dan Menjawab Cara Menebalkan Sifat Percaya Diri pada Anak

29 Januari 2025   07:30 Diperbarui: 29 Januari 2025   07:30 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riyo bersama para sepupunya saat liburan Natal di Bajawa (Dok. Pribadi ma Is) 

Riyo saat liburan Natal 2024 di Bajawa, Ibu Kota Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, tiba-tiba ingin latihan mengendarai motor. Setelah memikirkan berbagai hal, jalur latihan yang diizinkan oleh bapaknya adalah di seputaran kebun Naidewa, sebuah lahan milik opanya, Opa Ande. Di tempat ini, Opa Ande, bapa kami biasanya menghabiskan waktu mengisi masa tuanya. Rute sepanjang kebun yang pendek memungkinkan kami bisa bekerja membantu Opa sekaligus memantau Riyo latihan. 

Di kebun Naidewa, jalan desa yang membelah kebun belum juga diperbaiki. Kebetulan jalan desa yang melintasi kebun opa Ande masih cukup baik, meski lubang kecil genangan air terlihat di sana sini saat hujan. Motor metic Opa Ande pemberian om Fancy dan bibi Mira, dirasa jadi motor latihan yang tepat saat itu. 

Ketika  bersama Opa Ande mengisi mobil pick up dengan hasil kebun berupa kayu kering, sayur, jagung, dan talas sebagai pakan babi, Riyo terlihat lalu lalang dengan motor matic. Satu jam, dua jam, tiga jam. Riyo menikmati sesi latihannya. 

Wajah bapaknya sedikit cemas ketika mengawasi sesi latihan motor perdana Riyo. Di kejauhan Riyo tampak menikmati sesi latihannya, ia lalu-lalang di jalan yang membelah kebun dengan bapaknya yang terlihat sesekali berteriak memberi peringatan. "Konsentrasi, tenang, ada mobil muncul, turunkan kecepatan" sesekali keheningan kebun pecah oleh suara om Ady memperingatkan anaknya  Riyo. Opa Ande dan oma Lusia (adik opa Ande) hanya beberapa kali mengucap "ai hati-hati ema" (Terjemaha: Hati-hati Bapa) dalam bahasa Bajawa yang kental pada cucunya. 

Pengalaman latihan motor pertama bapanya Riyo tiba-tiba melintas masuk begitu saja dalam memori kenangan saya. Tiga puluh tahun lalu di kota Soe, Kabupaten Timor tengah selatan, bapa Riyo menabrak tembok SMA dekat rumah saat sesi latihan perdana dengan opa Ande. Tabrakan ini menyebabkan tidak hanya motor opa Ande, Suzuki A 100 keluaran tahun 1970 ringsek, tetapi juga sesi latihan resmi batal dengan sendirinya sejak hari pertama latihan.  Penyebab utama tentu saja biaya perbaikan motor yang mahal tidak tercatat dalam agenda opa Ande saat berniat melatih anak-anaknya. Sisa latihan motor kami lakukan secara sembunyi-sembunyi.

Riyo bersama para sepupunya saat liburan Natal di Bajawa (Dok. Pribadi ma Is) 
Riyo bersama para sepupunya saat liburan Natal di Bajawa (Dok. Pribadi ma Is) 

Bapa Riyo diuntungkan dengan lingkaran pertemanan yang luas. Para sahabat kecilnya menjadi tutor yang baik sehingga ia begitu cepat paham bagaimana mengendarai motor. Ia yang pertama paham menunggang motor. Ia pula yang kemudian melatih saya, adiknya mengendarai motor dengan minim tingkat kecelakaan.

Saat membayangkan hal ini, Riyo hampir 15 menit hilang dari pandangan kami. Muatan pickup telah penuh, sedangkan kami harus segera ke kampung Opa untuk menurunkan adiknya, Oma Lusia. Om Ady memacu pick up untuk mengecek anaknya Riyo. Sebelum mencapai pertigaan menuju kampung Opa Ande, Riyo tertawa kecil di ujung jalan. Ia ternyata mengambil rute sedikit lebih jauh. Mungkin ini juga strategi agar mengurangi teriakan bapaknya. Beberapa latihan yang terlalu diawasi membuat yang berlatih kurang nyaman. Riyo ternyata sudah paham dasar-dasar mengendarai motor sehingga ia memilih kabur dari pandangan kami.

Om ady meminta saya turun dari mobil Pick Up untuk menemani Riyo melanjutkan sesi latihan menuju kampung Opa. Jalan yang memutar menyebabkan waktu berlatih menjadi lebih panjang. Kali ini Riyo akan masuk ke jalur utama kampung yang cukup ramai kendaraan. Di atas motor, Riyo membonceng saya. Suasana kampung terasa lebih ramai karena pukul lima petang adalah waktu warga kampung kembali dari kebun mereka. Ada banyak kendaraan kebun yang berseliweran, juga anak-anak yang terlihat bermain di jalan, belum lagi binatang peliharaan seperti anjing yang hilir mudik di jalan. Saya berbisik ke Riyo" santai saja, tetap tenang, kemungkinan menabrak  anjing dan menyenggol beberapa penduduk di sesi latihan selalu ada, inti utama ada di gas dan rem, Ngeng" Riyo tertawa "gas dan rem, Ngeng" ulang Riyo meniru kata-kata saya sambil tertawa. Dalam hati saya sebenarnya panik, beberapa kali Riyo terlihat belum cukup stabil menguasai stang kemudi motor. 

Dua atau tiga kali kemudi terlalu berat ke kiri sehingga saya meminta masuk kembali ke lintasan ruas jalan utama. Riyo malah menarik gas. Motor melaju lebih kencang. Sepertinya ia memegang perkataan awal saya " santai saja, tetap tenang,kemungkinan menabrak  anjing dan menyenggol beberapa penduduk di sesi latihan selalu ada, inti utama ada di gas dan rem, Ngeng"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun