Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Varel, Natal dan Kisah Hilang

27 Desember 2024   08:28 Diperbarui: 27 Desember 2024   08:28 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Varel kecil di dalam Gereja (Doc.pri mama Riyo)

Sore itu, setelah semua siap, sebelum melangkah ke gereja, Riyo, Letiza, Varel, tiga ponaan kami dengan semangat mengambil bola, mengoper kiri kanan, dan tertawa bersama. Para cucu punya cara sendiri mengisi rumah opa-omanya dengan  kegembiraan. Entah energi tersembunyi  apa yang tersimpan dalam diri mereka. Suasana kegembiraan bisa dengan mudah diundang masuk ke dalam rumah.  Udara rumah sebelum perayaan misa malam Natal adalah ingatan tentang  tawa renyah, kehangatan, serta kedamaian itu sendiri. Kami kemudian  menuju Gereja dengan semangat, sebab hari ini misa malam Natal.

Setibanya di gereja, kami menanti satu setengah jam, sebelum misa dimulai. Hujan deras di luar, dan sayup-sayup dari bangku belakang gereja tempat kami duduk, suara pembacaan intensi misa oleh petugas tenggelam oleh derasnya hujan dan gumaman jemaat. Pembacaan intensi itu sendiri menghabiskan waktu satu jam lebih.

Pengeras suara  kurang dipersiapkan sehingga jemaat di bangku belakang tidak dapat mendengar dengan jelas. Belum lagi isi kotbah terdengar  amat teologisdan ilmiah. Puncak perayaan malam Natal adalah  drama pemberkatan anak. Para anak sebelum perayaan misa berakhir biasanya menerima berkat pastor.  Tiza terlihat kebingungan mencari tempat duduk kami selesai menerima berkat sedangkan adiknya Varel tiba-tiba hilang. Semuanya bingung. Sisa perayaan malam Natal di gereja malam itu bagi kami adalah kebingungan.

Suasana malam Natal di Gereja MBC Bajawa (Dok. pri mama Riyo)
Suasana malam Natal di Gereja MBC Bajawa (Dok. pri mama Riyo)

Kami perlu menanti lima belas menit sebelum perayaan misa berakhir untuk mulai mencari Varel di tempat ia terakhir  kali terlihat. Waktu berjalan lambat dan gereja MBC Bajawa terlihat begitu besar untuk mencari si Varel kecil. Om ady, bp dan mama Tiza, langsung menyerbu ke depan altar setelah misa selesai. Varel ditemukan sedang duduk bersama oma Moni. Kami lega, Tiza kecil menangis sesenggukan melihat kami panik akibat Varel hilang. Ia menangis di sisa malam sehabis perayaan natal, bahkan setelah waktu istirahat malam.

Di luar udara dingin mulai merayap masuk, walau kota Bajawa di bulan Desember biasanya tak sedingin bulan Juli. Saat menanti kendaraan pulang, Tiza yang sedih dihibur bapaknya singgah di sebuah gerobak Salome. "Ini obat penghibur mujarab mereka" Cerita mama Tiza.  Kami menyantap Salome. Tiza sedikit terhibur dengan Salome. Penjual Salome senang, kami senang, apalagi saat jemputan datang, om ady dan kaka Riyo turun dan ikut membeli. Kami menghabiskan beberapa tusuk bakso bakar dan Salome. Penjual Salome kembali senang, pedagang bakso tusuk ikut senang. Pintu Gereja sudah tertutup, sebagian besar umat sudah kembali ke rumah, setelah membuang sisa sampah bakso bakar dan salome, kami kembali ke rumah.

Kenyataan bahwa bola dan salome turut andil dalam membawa sukacita Natal hari ini tidak bisa ditepis begitu saja. Bola membuat para ponaan senang, energi kesenangan mereka menular pada kami, begitu juga Salome.

Menanti perayaan Malam Natal (doc. pri. Mama Riyo)
Menanti perayaan Malam Natal (doc. pri. Mama Riyo)

Kami terbiasa menghidupi kekakuan rutinitas perayaan Gereja yang sering diluar harapan. Saat menatap langit-langit gereja yang megah, saya mengingat kuliah artificial Intelligence (AI) semester ini. Sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan ada dalam isi perkuliahan keagamaan. Ketika gereja bahkan agama apapun memasuki era kecerdasan buatan, ada tumbukan kuat antara membayangkan akhir zaman versi agama tradisional dan akhir zaman versi kecerdasan buatan (Apocaliptic). Satu landasan teologis untuk membayangkan tentang dunia Baru, masa pemulihan Tuhan. Kedatangan Emanuel atau sebut saja Natal itu sendiri.

Saya kadang bertanya-tanya kenapa pastor pengkhotbah malam ini tidak meminta bantuan pada mesin AI untuk memperbaiki kotbahnya. AI pasti akan dengan semangat memberi inspirasi kotbah terbaik. Mengapa panitia Natal tidak memencet tombol aplikasi AI untuk mengetik misalnya "apa saja yang wajib diperhatikan oleh panitia Natal saat hujan di misa malam Natal" Saya yakin si AI akan meminta cek kembali sound sistem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun