Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Rian, Kemenangan Timnas, dan Seruan " Dukun-Dukun Indonesia, Bersatulah!!"

26 April 2024   06:52 Diperbarui: 26 April 2024   11:11 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah timnas U23 Indonesia memastikan satu tiket di semifinal piala Asia 2024 usai mengalahkan Korea Selatan, Jumat, dini hari 26 April 2026, tersisa satu pertanyaan di kepala. Mungkinkah semua dukun di Indonesia punya kontribusi untuk kemenangan Timnas pagi ini?

Hal ini dipicu akibat komentar layaknya debat kusir para penonton Kos Wiwik di sepanjang 90 menit laga berlangsung. Kami menonton dengan antusias saat timnas Indonesia pada menit ke 15 membobol gawang Korsel lewat sepakan Rafael Struick.

Rian adalah satu-satunya pendukung Timnas Korsel. Ia duduk di pojok dengan tenang sambil memperhatikan jalannya pertandingan. Komentar miringnya mulai keluar saat menit ke 45, tim Korsel berhasil menyamakan kedudukan lewat gol bunuh diri Komang Teguh. Ia tersenyum senang, sebagian dari kami ketar-ketir. "Korsel pasti menang, Indonesia harus perbaiki dulu kasus korupsi yang banyak itu baru bisa menang" komentar ringannya membuat Ardes terpancing " ini belum apa-apa Indonesia pasti menang" Ardes menangkis dengan mata serius yang tetap menatap layar laptop.

Empat menit tambahan waktu babak pertama, Rafael Struick sekali lagi mencatatkan namanya di papan skor. Indonesia berhasil menciptakan gol lewat serangan balik cepat yang dibangun dengan apik lewat umpan panjang Ivar Jenner. Skor 2-1 untuk kemenangan Indonesia.

 "Semua dukun Indonesia, bersatulah, biar Indonesia menang" Pace Daniel tiba-tiba merapalkan harapan dan doa yang aneh. Kami semua tertawa sekaligus senang. Rian terlihat masam di pojok.

Statistik babak pertama di layar memperlihatkan Korsel mendominasi penguasaan bola dengan 51,1 persen, sedangkan Indonesia 48,9. "Semua bisa berubah di babak kedua, apalagi kalau Indonesia bisa cetak tambahan satu gol lagi" komentar Ardes.

Di layar terlihat pelatih Korsel Hwang Sun- Hong, memasukan Kang Sang-Yoon dan Lee Young-Jun untuk mengganti Lee Tae-Seok dan Kim Dong -Jin. Perubahan ini terbukti menaikan tensi serang Korsel ke area pertahanan Indonesia sekaligus mengurungnya di 10 menit paruh awal babak kedua.

Indonesia praktis hanya bisa keluar dari kurungan Korsel lewat skema serangan balik yang dibangun pada menit ke 54 oleh Struick dan menit 58 oleh Marselino, namun keduanya bisa dipatahkan dengan mudah oleh pertahanan lini belakang Korsel. Rian tersenyum sumringah dari balik kacamatanya.

Entah apa yang terjadi pada pertandingan ini, tiba-tiba doa Pace Daniel tentang Dukun Indonesia yang bersatu demi kemenangan tim Garuda menjadi nyata.

Pada menit ke 70, Korsel harus bermain dengan 10 pemain akibat Lee Wong Jun diganjar kartu merah seusai melakukan pelanggaran berbahaya terhadap Justin Hubner.

Kami menonton dengan perasaan campur aduk saat mengetahui ketahanan mental tim Korsel. Meski bermain dengan 10 pemain, Korsel semakin agresif. Saat pertandingan memasuki menit ke 84, umpan panjang Hoong Yon Sang tepat mengenai kaki Jeong Sang Bin yang tak terkawal. Tendangan mendatarnya tak mampu ditahan Ernando Ari, skor 2-2. Rian tertawa keras, mengacungkan tangannya sambil berjalan mondar-mandir memanas-manasi kami pendukung Indonesia.

Hingga babak kedua berakhir, skor tidak berubah. Kami cemas karena bisa saja Korsel membalikkan keadaan."dukun-dukun Indonesia bersatulah" Pace Daniel kembali merapalkan doanya.

Rian tertawa senang walau melihat statistik yang unggul di pihak Indonesia dengan penguasaan bola 52,9 persen berbanding 46,9 persen. "Penguasaan bola tidak menentukan menang atau tidaknya sebuah tim" celetuk Ardes, saat mendengar saya membacakan data statistik pertandingan di layar.

"Mayoritas masyarakat Korea tidak percaya Tuhan, mereka ateis" Rian mengisi dengan asumsi pribadinya saat jeda sebelum perpanjangan waktu. " Ah, berarti mereka berdoa kepada apa, Partikel kah, zat kah atau apa"? Tanya Pace memancing, kami tertawa, tak ada jawaban lanjut. Semua sibuk melihat pertandingan.

Suasana Nobar Pertandingan Timnas Indonesia U23 vs Korea Selatan di Kos Wiwik Soekarno/ Doc. Pribadi
Suasana Nobar Pertandingan Timnas Indonesia U23 vs Korea Selatan di Kos Wiwik Soekarno/ Doc. Pribadi

Timnas Garuda gagal menunjukkan dominasinya pada babak perpanjangan waktu meski Shin Tae-Young melakukan perubahan dengan memasukan Jeam Kelly Sroyer, Arkhan Fikri dan Ramadhan Sananta untuk menggantikan Fajar Faturahman, Ivar Jenner dan Witan Sulaeman.

Meski demikian para pendukung Timnas Indonesia di kos Wiwik ikut senang dan bahagia bersama jutaan fans fanatik tim Garuda saat skor akhir adu Pinalti 11-10 untuk kemenangan Indonesia.

Mungkin benar, kita perlu sungguh-sungguh berdoa, berharap ada kemungkinan para dukun turut memberikan bantuan apapun itu.

Kami berlompatan saat gol penentu oleh Pratama Arhan, di luar suara perayaan membahana terdengar memecahkan aktivitas pagi di kota Solo. Rian terlihat memasuki kamarnya dengan perasaan tak menentu. Selamat Tim Garuda kalian makin menyala, salam dari kami di Kos Wiwik, Marno, In, Mas Krug, Yanto, Ardes, Pace Daniel, beberapa anak kos yang anti Nobar, dan tentu saja Rian Koreanis dan agitator sejati pada pertandingan pagi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun