Kami menonton dengan perasaan campur aduk saat mengetahui ketahanan mental tim Korsel. Meski bermain dengan 10 pemain, Korsel semakin agresif. Saat pertandingan memasuki menit ke 84, umpan panjang Hoong Yon Sang tepat mengenai kaki Jeong Sang Bin yang tak terkawal. Tendangan mendatarnya tak mampu ditahan Ernando Ari, skor 2-2. Rian tertawa keras, mengacungkan tangannya sambil berjalan mondar-mandir memanas-manasi kami pendukung Indonesia.
Hingga babak kedua berakhir, skor tidak berubah. Kami cemas karena bisa saja Korsel membalikkan keadaan."dukun-dukun Indonesia bersatulah" Pace Daniel kembali merapalkan doanya.
Rian tertawa senang walau melihat statistik yang unggul di pihak Indonesia dengan penguasaan bola 52,9 persen berbanding 46,9 persen. "Penguasaan bola tidak menentukan menang atau tidaknya sebuah tim" celetuk Ardes, saat mendengar saya membacakan data statistik pertandingan di layar.
"Mayoritas masyarakat Korea tidak percaya Tuhan, mereka ateis" Rian mengisi dengan asumsi pribadinya saat jeda sebelum perpanjangan waktu. " Ah, berarti mereka berdoa kepada apa, Partikel kah, zat kah atau apa"? Tanya Pace memancing, kami tertawa, tak ada jawaban lanjut. Semua sibuk melihat pertandingan.
Timnas Garuda gagal menunjukkan dominasinya pada babak perpanjangan waktu meski Shin Tae-Young melakukan perubahan dengan memasukan Jeam Kelly Sroyer, Arkhan Fikri dan Ramadhan Sananta untuk menggantikan Fajar Faturahman, Ivar Jenner dan Witan Sulaeman.
Meski demikian para pendukung Timnas Indonesia di kos Wiwik ikut senang dan bahagia bersama jutaan fans fanatik tim Garuda saat skor akhir adu Pinalti 11-10 untuk kemenangan Indonesia.
Mungkin benar, kita perlu sungguh-sungguh berdoa, berharap ada kemungkinan para dukun turut memberikan bantuan apapun itu.
Kami berlompatan saat gol penentu oleh Pratama Arhan, di luar suara perayaan membahana terdengar memecahkan aktivitas pagi di kota Solo. Rian terlihat memasuki kamarnya dengan perasaan tak menentu. Selamat Tim Garuda kalian makin menyala, salam dari kami di Kos Wiwik, Marno, In, Mas Krug, Yanto, Ardes, Pace Daniel, beberapa anak kos yang anti Nobar, dan tentu saja Rian Koreanis dan agitator sejati pada pertandingan pagi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H