Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sehari di Lapas Kelas II Kupang

4 April 2022   05:52 Diperbarui: 4 April 2022   06:18 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat pukul 10.15, kami memasuki kawasan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lapas yang diperuntukan bagi para lelaki dewasa ini terlihat lenggang. Beberapa petugas dengan ramah menerima kami. Setelah menyampaikan maksud kedatangan lalu menunggu beberapa saat akhirnya kami dipertemukan dengan Kepala Lapas.

Badarudin namanya. Lelaki berperawakan tegap namun ramah ini menerima kami di ruang kerjanya pagi itu, Kamis, 31 Maret 2022.

Beberapa dari kami baru pertama kali menginjakkan kaki di kawasan Lapas. Awal pertemuan menjadi cukup canggung. Pak Badarudin kemudian mencairkan suasana ketika mengetahui maksud kedatangan kami, para dosen kampus Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, Program Studi (Prodi) Pendidikan Penyuluh Agama (PPA).

Pak Badarudin dalam pertemuan itu menuturkan tentang sejumlah kebijakan dalam masa kepemimpinannya untuk menangani warga binaan di Lapas. Fokus utama penanganan tidak datang dari internal Lapas semata. Ia menyadari peran serta stekholder lain seperti masyarakat umum dan juga perguruan tinggi yang mempunyai sumbangan positif bagi Lapas.

Pada intinya kebijakan soal konsep keseimbangan penanganan warga binaan di Lapas tidak berkutat pada hal-hal spiritual dan mental, ada pula kecakapan hidup. Konsep menghindari kejenuhan dalam penggunaan metode menjadi kunci utama. "Tidak semua tawaran kerja sama disetujui, saya selalu menyeleksi terlebih dahulu agar tepat sasar, sekaligus menghindari suasana jenuh warga binaan" tutur pria kelahiran 1970 ini.

Suasana diskusi bersama Kalapas Kelas II Kupang/dokpri
Suasana diskusi bersama Kalapas Kelas II Kupang/dokpri

Baginya akan sangat menjenuhkan apabila selama sepekan atau beberapa pekan hanya diisi oleh hal-hal tertentu misalnya unsur keagamaan dalam kaitan dengan nilai spiritual, atau pendampingan mental maupun kecakapan hidup. Ketiganya penting tapi perlu diatur secara baik. "Kami bahkan menentukan sehari dalam sepekan untuk acara rekreasi bersama" tutupnya

Seluruh Informasi yang kami terima pagi itu menjadi dasar penyusunan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Prodi PPA di Lapas ini. Selain itu juga kedatangan Prodi PPA kampus IAKN di Lapas II Kupang, secara khusus untuk membangun kerja sama dalam rangka menjalankan salah satu dari tiga matra perguruan Tinggi yaitu Pengabdian kepada Masyarakat.

Pada akhir pertemuan pak Burhanudin langsung mempertemukan kami dengan salah seorang stafnya. "lebih jelas lagi bapak dan ibu akan mendapat data lengkapnya dari pak Maxi, beliau juga akan mengantar untuk melihat isi Lapas ini"

Kebutuhan Akan Konselor di Lapas

Pak Maxi Aryon Adu merupakan kepala sub seksi yang menangani bimbingan kemasyarakatan dan perawatan Lapas. Ketika pertanyaan menyasar soal kebutuhan utama Lapas. Jawabannya adalah kebutuhan akan konselor. "Kami membutuhkan tenaga konselor untuk membantu warga binaan pada awal memasuki kehidupan mereka di lembaga ini"

Ketercukupan tenaga konselor akan sangat membantu penanganan warga binaan di Lapas. Ia menuturkan bahwa tidak mudah memberikan penanganan maksimal terhadap 400 lebih warga binaan. "Kapasitas Lapas masih cukup, hanya kami membutuhkan bantuan tenaga konselor" terangnya.

Sambil menjelaskan terkait berbagai program pembinaan di Lapas, beliau mengajak kami mengelilingi kompleks Lapas. Satu hal mencolok yang langsung ditangkap yaitu tentang struktur bangunan Lapas. Suasana lembaga pemasyarakatan yang kaku dan ketat berangsur-angsur hilang saat memasuki kawasan dalam Lapas.

Masjid dalam kompleks Lapas/dokpri
Masjid dalam kompleks Lapas/dokpri

Saat memasuki kawasan utama Lapas, kami disuguhi 2 bangunan keagamaan bagi warga binaan yaitu Masjid dan Gereja Protestan. Dua bangunan ini dibelah oleh jalan utama yang akan berakhir di sebuah taman doa sekaligus kapela bagi warga binaan yang beragama Katolik.

Ada sebuah bengkel kerja yang bersebelahan langsung dengan taman doa dan dibatasi oleh tembok.

Blok hunian warga binaan berada di tengah ketiga bangunan utama ini. Mata pengunjung akan ikut disegarkan dengan taman yang hijau dan bunga dari berbagai jenis tanaman.

Ibu Merita Naisanu, Koordinator Prodi PPA terlihat bersemangat, beliau kemudian meminta ijin pak Maxi untuk memperoleh beberapa anakan bunga. "Saat kegiatan nanti saya akan meminta bantuan beberapa warga binaan untuk mengambil anakan untuk ibu" jawab pak Maxi.

Konsep kerja tangan dalam kecakapan hidup dan pendalaman spiritual dipertegas dengan konsep bangunan ruang seakan-akan menghilangkan seluruh kesan negatif arti Lapas yang telah diterima masyarakat luas.

Kompleks dalam Lapas yang hijau dan asri/dokpri
Kompleks dalam Lapas yang hijau dan asri/dokpri

Lapas sebagai lembaga humanis yang membantu masyarakat untuk keluar dari kecendrungan negatifnya memberi kesan tersendiri pada kami dalam kunjungan singkat hari itu.

"Semua orang pernah berbuat salah, tak ada seorangpun yang sempurna, dan tugas kami membantu mereka, saya malah semakin diteguhkan untuk melihat sisi kemanusiaan dalam tugas di Lapas ini" tutup pak Maxi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun