Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sokrates tentang Pernikahan Efraim

12 November 2021   15:09 Diperbarui: 12 November 2021   15:29 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ritual Pernikahan (Dokpri)


Socrates filsuf besar yang hidup antara 470-399 SM pernah berujar demikian "Dengan segala cara menikahlah, Jika mendapatkan istri yang baik anda akan menjadi bahagia. Jika mendapatkan istri yang buruk, anda akan menjadi seorang filsuf." 

Satu hal yang mungkin lupa dipikirkan oleh Sokrates yang tidak menikah itu tentu saja tentang proses persiapan menikah hingga hari puncak pernikahan. Sebagai satu bagian penting pernikahan, persiapan pernikahan menguras cukup banyak energi dan dana. Semuanya itu demi satu hal penting pada hari puncak acara yaitu pernikahan.

Dalam acara pernikahan saat memenuhi undangan pernikahan baik rekan kerja maupun sahabat kenalan, satu hal yang selalu ditawarkan adalah semacam iklan kebahagiaan. 

Melihat mempelai wanita dengan anggun berada di pelaminan diapiti mempelai pria yang rupawan, lengkap dengan dekorasi indah. Pelengkap utamanya tentu saja tamu undangan dan hidangan pesta.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah ini hanya akting belaka ataukah ada sesuatu yang ingin disampaikan lewat ritual dalam pesta pernikahan?

Saat berbicara tentang akting, saya merujuk pada pesta pernikahan teman saya. Sebut saja namanya Efraim. Seorang teman yang ramah, enak diajak berkelakar dan punya banyak ide.

Pernikahan Efraim dan sang istri mengharuskannya untuk berakting. Semacam tindakan meniru. Di sana Efraim dan istri membutuhkan kostum. Akting membutuhkan kostum juga tempat dan konteks fisik. Ada semacam pengetahuan yang diproduksi dalam masyarakat tentang pantulan pengetahuan soal kostum. Kapan harus berpakaian apa dan dalam suasana apa.

Saya hanya membayangkan jika saat acara pernikahan Efraim hanya menggunakan celana pendek dan baju kaos yang memiliki kesan santai yang kuat, maka akan muncul produksi pengetahuan tentang Efraim yang sedang sakit.

Betapa kuatnya produksi pengetahuan di masyarakat kita. Dalam kasus Efraim ada kesan kuat Simbolisasi eksternal ini. Hal ini kemudian dilekatkan pada pemeranan oleh pelaku dalam hal ini Efraim dan sang istri. Pakaian nikah di pesta nikah oleh mempelai wanita dan pria mempresentasikan satu hal kuat yaitu adanya pernikahan.

Sering dijumpai adanya kesan kuat akting dalam suatu suasana pesta tertentu. Ini tidak berarti bahwa kedua mempelai dalam pernikahan sedang berdusta, tidak jujur atau sedang hidup dalam dunia khayalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun