Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Timur Memanggil: Pertarungan Budaya dalam Piring Makan (2)

4 September 2021   06:44 Diperbarui: 4 September 2021   06:58 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: Screen shoot Timur Bacarita

Oleh sebab itu berbicara tentang Se'i, atau secara umum tentang  kuliner di Timor berarti juga berbicara tentang relasi. Ada relasi yang kuat sebelum masyarakat turun berladang atau berkebun, atau pun ke hutan untuk mendapatkan santapan harian mereka. Di sana muncul berbagai konsep. Salah satunya tentang  konsep air dan hutan yang mendukung tersedianya berbagai varian makanan yang terbaik bagi masyarakat.

Hal lain yang masuk dalam pembicaraan tentang kuliner adalah pembicaraan tentang rumah. Rumah orang Timor di bagian Barat disebut Ume Kbubu. Pada masa kini konsep rumah di Timor seperti rumah tradisional telah banyak berganti rupa mengikuti tren  rumah moderen.

Ada cukup banyak konsep pengetahuan di Timor yang perlahan  menghilang saat Ume Kbubu bertukar rupa menjadi rumah moderen. Konsep rumah secara tradisional bagi masyarakat Timor tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal. Rumah menyimpan pengetahuan tentang bagaimana makanan disimpan sekaligus diawetkan.

Hal yang menarik adalah pengetahuan dan teknologi tradisional dalam bangunan Ume Kbubu bisa berespon dengan alam. Saat musim dingin di luar, rumah Ume Kbubu dibangun untuk memberikan kehangatan yang cukup untuk penghuni.

Konstruksi ruang dalam Ume Kbubu tanpa sekat, karena sekaligus menjadi rumah, dapur dan juga gudang tempat makanan di simpan. Selain itu Ume Kbubu menjadi ruang pelaksanaan ritual dan tempat pengetahuan diwariskan. Salah satu jejak pewarisan pengetahuan tentu saja tentang makanan.

 Hampir pasti seluruh pengetahuan tentang  pangan ada di rumah bulat Ume Kbbubu. Pengetahuan misalnya tentang bagaimana jagung diikat dan diawetkan sehingga bisa dikonsumsi sepanjang tahun. Atau tentang sambal Luat dan Se'I yang diolah dengan teknik tertentu sehingga  bisa bertahan hingga tiga tahun atau lebih.

Pembicaraan tentang pangan di Mollo hari ini mesti menyentuh percakapan luas tentang kekayaan biodiversitas atau keanekaragaman hayati. Ada variasi pada tingkat genetik, spesies juga ekosistem. Di sana muncul kekayaan bahasa, sebab identifikasi bahasa muncul dari penyebutan-penyebutan tertentu variasi makhluk dan tumbuhan yang ada di alam.

 Kecemasan yang muncul saat ini adalah saat melihat rumah adat seperti Ume Kbubu menghilang. Di sana ada rupa-rupa kehilangan lainnya, yaitu soal bahasa yang eksis di dalam rumah dan juga tatanan pengetahuan yang hadir di sana.

Pengalaman menyedihkan justru kita saksikan akhir-akhir ini. Alasan visi pembangunan serta investasi ekonomi merubah dan menghilangkan begitu banyak lanskap pengetahuan. Masyarakat seperti tercerabut dari akarnya ketika rumah adat dan hutan menghilang juga tanah-tanah ulayat dicaplok habis untuk pertambangan.  

Contoh di daerah Mollo memberikan kesan kuat ini. Masyarakat  Mollo mengaitkan dirinya dengan alam. Berbicara tentang alam dikaitkan dengan tubuh manusia. Di sana masyarakat mengambil makanan di hutan karena hutan adalah identitas mereka. Pertanyaannya di manakah hutan kita sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun