Mohon tunggu...
Lewat Cerita
Lewat Cerita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator

Membahas mengenai berita ekonomi dan politik dunia Lewat Cerita

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Urat Nadi Perekonomian Yang Berdaulat

10 Januari 2025   12:10 Diperbarui: 10 Januari 2025   12:10 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerajinan yang terbuat dari uang kertas bolivar Venezuela (Sumber: Al Jazeera)

Caf Con Leche Index (Sumber: Bloomberg)
Caf Con Leche Index (Sumber: Bloomberg)

Melihat harga kopi yang terlalu mahal, Anda tidak jadi membeli kopi di kedai tersebut dan langsung pergi ke pasar untuk membeli beras.

Sesampainya di pasar, Anda mulai berkeliling dan akhirnya menemukan seorang penjual beras. Namun, penjual tersebut tidak bersedia menjual berasnya kepada Anda karena Anda tidak memegang dolar Amerika Serikat. Faktanya, Anda hanyalah seorang pegawai negeri sipil yang digaji dengan bolivar. Wajar saja jika Anda tidak memiliki dolar.

Anda kemudian mencari penjual lain yang mau menerima uang bolivar, tetapi tidak ada satu pun penjual beras di pasar tersebut yang mau menerimanya. Anda pun tidak bisa membeli beras dan pulang dengan rasa lapar.

      Pada tahun 2018, produksi beras di Venezuela menurun drastis. Menurut data dari International Production Assessment Division (IPAD), produksi beras Venezuela turun sebesar 38,02% menjadi 251.000 ton. Padahal di tahun sebelumnya, produksi beras Venezuela mencapai 405.000 ton. Mereka mengalami kelangkaan beras. Hal ini membuat para penjual beras tidak ingin menukar komoditas langka mereka dengan kertas yang nilainya akan turun dalam beberapa hari ke depan.

            Professor Steve H. Hanke dari Johns Hopkins University mengungkapkan bahwa kondisi di Venezuela menyebabkan dolarisasi sehingga menciptakan dua strata sosial dalam masyarakat. Masyarakat dengan pendapatan dalam bentuk dolar akan lebih mudah membeli barang yang mereka butuhkan ketimbang orang yang berpenghasilan dalam mata uang bolivar, terutama untuk membeli barang yang sedang langka.

            Masalahnya, kelangkaan tidak hanya terjadi pada beras saja. Barang-barang seperti sabun, kebutuhan medis, air bersih, hingga makanan pokok juga langka pada masa itu. Bahkan, negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia ini juga mengalami kelangkaan bahan bakar. Barang kebutuhan pokok berubah menjadi barang mewah di Venezuela.

            Akibatnya, masyarakat Venezuela lebih ingin memegang dolar daripada mata uangnya sendiri karena dinilai lebih aman. Ini adalah bentuk dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap mata uangnya sendiri.

            Secara rupa, uang memang hanyalah sebuah kertas. Bahan yang digunakan untuk membuatnya tidak mahal. Namun, secara filosofis, uang memiliki sebuah nilai yang lebih mahal daripada harga bahan pembuatannya. Nilai tersebut adalah kepercayaan. 

            Kepercayaan terhadap mata uang merupakan pokok dalam perekonomian yang stabil dan berdaulat. Sekalinya hilang, kepercayaan tersebut akan susah untuk didapatkan kembali.       

            Kesusahan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakatnya kembali juga dialami oleh Venezuela. Mereka telah mencoba berbagai cara untuk memulihkan nilai mata uangnya, mulai dari melakukan redenominasi mata uang, hingga mengubah mata uang domestiknya dari bolivar fuerte menjadi bolivar venezolano pada tahun 2018. Namun, semuanya sia-sia karena rakyat Venezuela sudah tidak percaya dengan pemerintah mereka. Nilai mata uang mereka terus merosot dan tingkat inflasi Venezuela tetap tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun