Lee Kuan Yew sadar bahwa Singapura memiliki satu keunggulan yang bisa dimanfaatkan dan menjadi pembeda dari negara lain. Keunggulan tersebut adalah lokasi geografisnya yang strategis.
Keunggulan Lokasi ini sudah dimanfaatkan British East India Company atau VOC-nya Inggris yang berpusat di India, untuk membangun pelabuhan dagang di Pulau yang diberi nama Singapura. Bahkan Inggris rela membeli pulau Singapura dari Sultan Johor agar bisa membangun pelabuhan yang strategis. Pelabuhan yang strategis di wilayah Asia Tenggara sangat diperlukan oleh British East India Company karena perdagangan yang mereka lakukan dengan dinasti Qing Cina sedang naik-naiknya pada tahun 1770-an.
Keberadaan pelabuhan dagang di Singapura ini semakin populer dengan dibukanya Terusan Suez 1869 yang menghemat 5000 mil perjalanan dari Eropa ke Asia. Singapura akhirnya menjadi tempat bertemunya pedagang-pedagang asal Inggris, Cina, India, dan Melayu.
Nah, setelah berpisah dari Malaysia, memang Singapura masih memiliki pelabuhan dagang yang penting untuk perdagangan internasional.Â
Namun, hanya mengandalkan pelabuhan dagang saja tidak cukup untuk membuat Perekonomian Singapura membaik. Masalah utamanya adalah pelabuhan dagang tidak menyerap banyak tenaga kerja, sementara yang dibutuhkan Singapura pada saat itu adalah lapangan pekerjaan yang banyak untuk mengatasi pengangguran yang tinggi di negara mereka. Mau tidak mau Singapura juga harus beralih ke sektor manufaktur dengan mengandalkan investasi asing.
Lantas bagaimana cara meyakinkan investor asing untuk berinvestasi di singapura yang merupakan negara baru dengan pasar yang kecil?
Disinilah kehebatan dari visi perdana menteri Singapura, yaitu Lee Kuan yew. Meski pasar domestiknya kecil, Lee Kuan Yew berhasil melihat bahwa Singapura memiliki lokasi yang strategis, sehingga kalau perusahaan asing mau membangun pabrik di Singapura, maka mereka akan mudah sangat mudah untuk melakukan ekspor. Karena itulah, Lee Kuan Yew merancang strategi pembangunan singapura dengan berorientasi pada pasa ekspor pada akhir tahun 1960-an.
Pada era tersebut, Singapura mempermudah perizinan bagi pengusaha asing yang mau membangun pabrik di Singapura. Pemerintah akan memberikan keringanan pajak dengan syarat tertentu hingga 90% selama 15 tahun bagi pengusaha asing yang mau membangun pabrik besar di Singapura.Â
Ditambah lagi, Singapura terus meningkatkan infrastruktur mereka untuk memfasilitasi pengusaha-pengusaha asing. Alhasil, banyak perusahaan besar yang mau membangun pabrik dan kantor di singapura.
 Contohnya ada perusahaan minyak dunia bernama shell yang membangun kilang minyak senilai 30 juta dollar di pulau bukom, kemudian ada National semiconductor, Fairchild semiconductor, General electric dan texas instrumen, yang merupakan perusahaan semikonduktor dan elektronik asal Amerika serikat. Selain itu, ada juga seiko, merk jam tangan asal jepang.