Â
Peningkatan Kinerja Keuangan
      Laporan keuangan HRTA selalu mengalami peningkatan sejak perusahaan melantai di bursa saham.  Pendapatan perusahaan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2019 hingga 2023, pendapatan perusahaan telah meningkat hingga 284,5% atau sekitar 30,91% CAGR. Peningkatan pendapatan juga diiringi dengan laba perusahaan yang selalu meningkat selama lima tahun terakhir. Laba perusahaan tahun 2018 yang hanya Rp123 Miliar menjadi Rp346 Miliar pada tahun 2023. Hal ini juga menyebabkan peningkatan ekuitas serta aset perusahaan.
      Rasio keuangan perusahaan juga cukup baik. rasio ROE (Return on Equity) perusahaan saat tahun 2018 berada pada angka 11,29%, selalu bertumbuh selama lima tahun terakhir hingga menyentuh angka 18,03% pada tahun 2023. Hal ini menandakan produktivitas perusahaan dalam memanfaatkan modal untuk menghasilkan laba sangat baik, selalu diatas 10%.
Peningkatan ini juga disertai dengan peningkatan dividen yang diberikan HRTA. Dengan payout ratio (rasio jumlah dividen berdasarkan labanya) yang selalu terjaga di kisaran 20%, track record dividen HRTA bisa menunjukan kualitas dan komitmen perusahaan yang baik dalam menyejahterakan pemegang saham.
Catatan Penting
Namun, rasio yang perlu menjadi catatan adalah rasio efisiensi. Rasio net profit margin (NPM) HRTA hanya berada pada angka 5% pada tahun 2019 dan terus menurun hingga ke angka 3% pada tahun 2023. Hal ini menjadi catatan tersendiri bahwa perusahaan kurang efisien dalam mengontrol beban pendapatan. Pendapatan yang begitu besarnya hanya menghasilkan laba yang kecil.
Rasio yang rendah ini salah satunya disebabkan oleh beban utang yang besar. Disamping peningkatan jumlah pendapatan, laba bersih, dan ekuitas, HRTA juga mengalami pertumbuhan utang dari tahun ke tahun. Saat ini, porsi utang HRTA lebih besar bila dibandingkan dengan ekuitasnya dengan rasio DER (debt to equity ratio) berada di angka 1,35.
Bagi saya, meski perkembangan kinerja keuangan lain yang bagus, porsi utang ini menjadi keraguan tersendiri saat memegang saham HRTA. Utang perusahaan ini disebabkan karena perusahaan masih belum stabil dalam menghasilkan kas.