Setelah puas silaturrahim dengan saudara dan berkumpul dengan keluarga. Kini Saatnya kami melepaskan rasa penat dan lelah. Kali ini kami mengunjungi taman Seribu Bunga. Taman tersebut sudah sering kudengar dan kulihat dari teman melalui sosial media.
Yah... hanya sebatas menyaksikan melalui layar sempit berukuran 5 hingga 6 inci saja. Oleh karena itu dan atas dasar rasa penasaran, aku mengajak anak istriku dan kedua kakak perempuanku  untuk mengunjungi taman tersebut.
Kamipun meluncur dengan mengendarai tiga buah motor matic. Lumayan jauh dari tempat tinggal ibuku. Selain itu jalannya pun sedikit menanjak dan berkelok-kelok.
Setelah sekitar 10 menit perjalanan kami berhenti sejenak di sebuah warung teh untuk membeli air mineral dan beberapa jajanan untuk anak-anak.
Sempat bingung karena tidak tau jalan masuk ke taman Seribu Bunga, akhirnya kami bertanya dengan beberapa lelaki yang sedang asyik duduk di warung sambil menikmati segelas teh hangat dan sepiring pisang goreng.
Di luar dugaan, mereka sangat ramah dan menunjukkan arah masuk taman tersebut.
Ternyata, jalan masuk ke taman tepat berada di samping warung tersebut. Saat memasuki jalan tersebut hawa dingin dan sejuk mulai terasa, karena di sisi kiri dan kanannya dipenuhi tanaman hutan tropis. Jalannya masih tanah merah dan berbatu-batu, bahkan tidak jarang kami harus melalui jalan yang becek karena bekas air hujan.
Semakin kami menelusuri jalan lebih jauh, ternyata nampak barisan kebun pohon karet yang berjejer rapi dan beberapa rumah penduduk. Diperjalanan sesekali kami berselisihan dengan motor dan mobil pengunjung lain.
Lima menit kemudian, tibalah kami di pintu masuk taman Seribu Bunga.
Di sana nampak beberapa lelaki yang sedang menjaga parkir kendaraan. Bayar parkir sekitar Rp. 2000,- untuk roda dua dan Rp. 5000,- untuk roda empat. Tidak mahal menurutku demi untuk keamanan kendaraan dan menghindari dari pencurian motor bahkan pencurian helm sekalipun. Apalagi masuk ke taman tersebut tidak dipungut biaya alias gratis.
Taman Seribu Bunga terletak di kaki gunung Batu Laki dan gunung Batu Bini, tepatnya di Gunung Bujur. Gunung tersebut merupakan kawasan gunung meratus yang membentang luas di Kalimantan.
Hanya saja bunga yang ditanam sebagian adalah bunga musiman, dalam artian hanya tumbuh dan berbunga saat musim-musim tertentu saja. Sehingga banyak tanaman yang sudah tidak berbunga lagi bahkan ada yang mati.
Tamannya tidak terlalu luas namun cukup memuaskan kalau hanya untuk berpoto-poto. Ditambah lagi ada beberapa pondok kecil yang sudah disediakan pemilik taman sebagai tempat untuk menikmati eksotisnya pegunungan meratus dari kejauhan. Sekaligus wadah untuk berlindung dari sengatan sinar matahari yang begitu menyengat.
Namun, walaupun demikian, taman tersebut sudah banyak dikunjungi wisatawan lokal.
Saya jadi teringat taman bunga Begonia yang terletak di Jalan Raya Maribaya Kabupaten Lembang Barat. Memang tidak bisa dibandingkan karena perbedaan tempat dan cuaca yang cukup ekstrem. Hanya saja saya berharap taman Seribu Bunga ini bisa dikelola layaknya taman Begonia dan kedepannya menjadi sebuah tempat tujuan wisata favorit di Kalimantan Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H