Mohon tunggu...
Johan Arifin
Johan Arifin Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Kementerian Agama Kab. Kapuas

Sejenak aku kisahkan tentang diriku padamu, agar kau tau siapa aku, bagaimana hidupku, karena kau tak akan pernah bertanya bagaimana rasanya menjadi aku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

7 Hari di Cikole, Jejak Terakhir di Sudut Kota Bandung

20 Maret 2018   06:40 Diperbarui: 20 Maret 2018   08:48 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari terakhir, kami memutuskan untuk istirahat saja karena kami akan segera pulang ke Kalimantan. Sebelum pulang, Aku bersama kakaku menyempatkan diri salat Jumat di Mesjid Jamie Al Hikmah Cikole yang tidak jauh dari kediaman Kang yanto. Di mesjid itu ada beberapa teman masa kecil kakaku yang menghampirinya, mereka saling menyapa dan ngobrol dengan akrabnya. 

Tidak lupa pula kesempatan Jumatan di Cikole kugunakan untuk berdoa dan tak henti-hentinya dalam hati ini kusematkan rasa  syukur kepada Sang Penguasa alam. Ada yang unik saat melaksanakan ibadah Jumat di Mesjid tersebut, dan sampai sekarang tidak bisa aku lupakan. yakni khutbah dengan menggunakan bahasa Sunda, sehingga aku kebingungan memahami isi khutbahnya, bahkan tidak tau sama sekali hingga aku pulang ke Kalimantan.

Aku juga menyempatkan diri mengajak anak-anakku ke Kebun Teh PTPN VIII Ciater, agar mereka tau seperti apa wujud tanaman teh yang diolah menjadi bermacam jenis teh yang siap diminum. Kemudian kami juga pergi ke Natural Strawberry di Jl. Tangkuban Perahu yang jaraknya juga tidak jauh dari tempat Kang Yanto. Aku ingin memberikan mereka pengalaman sederhana bagaimana rasanya memetik buah Strawberry langsung dari kebunnya.

"Yah... Ayah... coba lihat, yang ini buahnya besar dan masak, boleh ngga dipetik" teriak si Sulung yang sudah tidak sabar lagi ingin memetiknya. Aku mengangguk sambil tersenyum mengiyakan. Selain itu, pastinya melepaskan kepenatan  dengan terapi suasana alami pedesaan di salah satu sudut kota yang begitu alami.

Seakan tiada mengenal lelah, dari hari ke hari selama tinggal di Cikole sungguh memberikan pengalaman yang berbeda. Perjalanan yang kami lakukan dari satu tempat ke tempat yang lain begitu memberikan kesan yang mendalam. Berbagai rangkaian kegiatan dan perjalanan selama 7 hari di Cikole akhirnya tuntas juga.

Alhamdulillah tidak lupa kami haturkan kepada Sang Khalik yang telah menunaikan janji dan hajat ini. Detik-detik kepulangan kami ke Kalimantan tinggal menunggu waktunya saja. Ahh.... aku menghela nafas, sepertinya saat-saat yang paling kubenci akan tiba "Perpisahan" Tidak ada hal yang paling melukai hati selain berpisah.

Saat malam menjelang kepulangan, semua keluarga berkumpul di rumah Kang Yanto. Masing-masing sibuk membantu kami berkemas dan mempacking paket untuk oleh-oleh keluarga di Kalimantan. Setelah selesai, ucapan perpisahan pun disampaikan oleh kedua belah pihak, tidak lupa ditemani segelas teh tawar hangat buatan Istri Kang Yanto dan beberapa piring kue lubi-lubi yang baru dibeli oleh Tuti (Anak teteh Aisyah).

Terima kasih untuk Kang Yanto yang banyak membantu kelancaran perjalanan kami, kepada Teteh Yanti yang mengurusi makan kami setiap harinya. Terima kasih kepada Teteh Aisyah yang sering mengundang kami makan siang. Terima kasih kepada Tuti yang tidak pernah lupa membawa martabak kelapa dan simanis lubi-lubi yang super lezat.

Terima kasih buat Kang Abdullah yang menyempatkan diri sebagai penunjuk jalan, terima kasih juga kepada Hawa yang menghidangkan soto dan membawakan keripik singkong aneka rasa.  Terima kasih untuk Mamang Masna dan Sri Mulyani untuk daging kelinci yang istemewa.

Untuk  semua keluarga yang ada di Cikole yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terima kasih atas sambutannya yang super, sehingga kami benar-benar menikmati unik dan serunya kebersamaan ini. Mohon maaf dan ikhlas kami haturkan atas sikap dan perkataan bila tidak berkenan dihati. Semoga kita diberi kesempatan lagi di lain hari agar keluarga besar Bandung Kalimantan bisa berkumpul lagi. Aamiin.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun